Sabtu, 17 September 2011

Tak Bisa lagi Saya Mengabarkan

Banyak cerita yang ingin saya kabarkan kepada teman namun bagaimana saya bisa jika itu tak akan menarik lagi untuk didengar. Dua malam lalu kami menemui teman di Hotel Warma Sanur. Kami makan malam di sebuah restoran. Kami ngobrol sambil bersenda gurau dan tidak ada habisnya tertawa menertawakan seorang teman yang kagok dengan pengalaman barunya.
Begitu riangnya gelak tawa kami sehingga pelayan yang menunggui kami juga tersenyum. Ada beberapa pasang tamu asing melirik kami, mungkin suka atau sebaliknya.Wajah-wajah kaku dan serius di bawah remang lampu bundar begelantung di atap hidup bunga warna ungu.
Sementara suami teman kami, Mr Wood diam saja.Hanya sedikit senyum sesekali nempel saja di bibirnya yang tipis.
Ketika memilih menu makanan, teman kagok kami minta iga sapi penyet, tetapi istrinya protes dan memilihkannya terong penyet. Teman kami bilang "Gak mau, masak sudah punya terong disuruh makan terong. Tuh di kebun setiap hari juga sudah ngurus terong."
Melihat pucuk tanaman yang bergelantungan dia bilang bahwa itu tanaman markisah,saya dan istrinya bilang bukan, karena daun markisah lebih lebar, bulat dan tidak berbulu. Dengan santainya dia menyambung apakah terong itu berbulu? Tentu saja kami tertawa apalagi dia bilang terongnya menyusahkan saja.
wah...wah senangnya bercanda dengan teman lama.

Yah sepulang dari sanur kami melewati satu jalan, ini jalan yang menjadi bayangan saya karena di sekitar jalan ini ada teman kecil yang mengesankan hati saya.
Mungkin dia masih bekerja atau sudah terlelap dalam istirahatnya. Dinihari sebelumnya dia baru menelpon dan membangunkan tidur saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar