Minggu, 05 Juli 2015

Ramadhan Tahun Ini

Surya tenggelam di antara awan jingga memberi gambar yang selalu indah untuk dinikmati. Seperti senja kemarin cuaca berangsur-angsur meredup. Musim dingin bulan Juni mengelabuhi kita dengan mengeringkan semua sel dan persendian kita. Ramadhan tahun ini memang tidak terasa berat karena cuaca yang berdamai dengan sejuknya tiupan angin pada siang hari, sekalipun matahari cukup terik.
Namun udara dingin yang menggigit seperti membuat kaku otot dan persendian pada malam hari terutama pada saat makan sahur di beranda belakang.

Tidak terasa sudah tujuh belas hari puasa berlangsung dan beryukur kami semua sehat dan saya juga masih bersemangat ibadah tarawih dan membaca alquran. Saya berharap tidak ada satu hari yang akan terlewati tanpa semuanya. Semangat saya sangat beralasan, kehadiran ibu saya di rumah kami sangat menyenangkan saya. Walaupun terkadang saya mungkin tidak menyenangkan karena sering mendikte dan menegur tentang hal-hal yang tidak seharusnya ibu lakukan. Ibu saya 80 tahun, seharusnya saya bisa mengerti dan memahami bahwa ibu sudah banyak lupa dan sering berperilaku seperti anak-anak.
Tetapi saya sungguh bahagia saat berbuka, tarawih dan minum kopi sesudahnya sambil ngemil bersama lalu sahur dan semuanya penuh canda. Candaan selalu ada dan itu bermula dari bagaimana saya harus memanjakan ibu dan melayaninya seperti saya melayani kanak-kanak, membujuknya supaya menghabiskan semua yang saya sajikan dipiringnya. Saya sering bercanda kalau ibu tidak menghabiskan makanannya saya tidak akan membuatkan kopi atau saya katakan kalau tidak habis nasinya nanti ayamnya bisa mati. Lalu kami semua tertawa, ibu bilang seperti anak kecil saja dibohongi. Di situlah bagian dari kegembiraan Ramadhan tahun ini. Lagi pula kali ini anak kedua saya dan seorang cucu juga ada di sini selama liburan sekolah ini.

Tetapi saya sering sedih dan menyesal jika saya hilang kontrol ketika ibu selalu mengulang-ulang ceritanya atau selalu menyebut adik bungsu saya. Beliau tidak menyadari bahwa kecintaannya kepada si bungsu yang berlebihan itu membuat ibu lupa si bungsu itu terlalu manja dan mengabaikannya. Itulah sebabnya kami sepakat memisahkan sementara waktu agar keduanya saling menyadari dan si bungsu tidak selalu ada dalam bayangan ibu dengan harapan ia bisa segera mandiri dan menata hidupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar