Minggu, 13 Juli 2014

Mendaki Gunung Semeru

Selamat berjumpa lagi pembaca,
Seperti janji saya bahwa mendaki Gunung Semeru adalah keinginan yang sulit saya bendung. Dan akhirnya bulan Juni 2014 keinginan itu tercapai. Terima kasih Tuhan Seru Sekalian Alam, saya bisa mendekat puncak Mahameru.

Tanggal 24 juni 2014 kami, saya adik dan ipar serta keponakan, berangkat dari Bojonegoro jam empat sore. Menginap di Surabaya dan paginya melanjutkan perjalanan menuju ke Malang. Sebelum masuk kota Malang kami menyimpang  ke kiri arah kecamatan Tumpang. Singgah di Pasar Tumpang untuk belanja perbekalan dan periksa kesehatan di puskesmas Tumpang. Jam empat sore sampai di pos Ranu Pane. Maunya langsung mendaki tetapi loket tiket masuk taman nasional sudah tutup, terpaksa kami menginap di rumah penduduk.
Pagi jam 06.30 kami berangkat setelah lapor dan tiket di bayar setelah pulang.Tiket masuk ke kawasan taman nasional Gunung Semeru cukup mahal dan unik karena dihitung perhari. Yaitu 17.500 rupiah.
Untuk sampai di Ranu Kumbolo waktu tempuh yang diperlukan normalnya 5 sampai 6 jam tetapi saya menempuhnya dalam waktu 7 jam. Maklumlah saya ini sudah nenek-nenek he he.
Ranu Kumbolo adalah lembah berdanau yang airny jernih dan teduh. Air danau ini menjadi satu-satunya sumber air di sini. yang digunakan untuk memasak dan minum para pendaki. Karena itu tidak boleh digunakan untuk mck.
Pagi Pertama di kamp Ranu Kumbolo




Saat Bangun Tidur
Lalu ada tanjakan yang di sebut Tanjakan Cinta. Tanjakan ini menghubungkan lembah Ranu Kumbolo dengan lembah bunga Lavender di balik bukit yang memagari Ranu Kumbolo.

Tanjakan Cinta



Pada hari kedua kami meninggalkan Ranu Kumbolo menuju kam berikutnya yaitu kamp Kalimati. Setelah tanjakan cinta kami istirahat untuk menstabilkan lagi pernafasan. Tanjakan ini cukup tinggi.


Melanjutkan Perjalanan Hari Kedua
Menuju Kalimati Dua Jam Lagi

Lembah Lavender di Bawah

Hutan Lavender
Istirahat di Spot Cemoro Kandang

Full Team Bertemu di Spot Jambangan
 Semeru Tampak di Kejauhan
Tanda Jejak di Belukar
Dini Hari Saya akan Berada di Atas Sana

Kamp Kalimati Menunggu Saat Muncak Tiba
Kamp Kami Paling Kiri
Dengan sampainya di kamp Kalimati, tinggal satu langkah menuju puncak Mahameru. Dini hari nanti kami akan melewati jalan terjal melewati tiga Spot lagi yaitu Arcopodo, Kelik dan Cemoro Tunggal. Selanjutnya Mahameru.

Muncak Dini Hari
Kami tidak bisa tidur sama sekali selama tiga malam ini, udara dingin, ngobrol, dan memikirkan perjalanan selanjutnya selalu mengganggu istirahat kami. Tetapi tidak ada pilihan kecuali maju dan maju. Begitulah perjalanan mendaki. Mundur berarti banyak berkurban karena membuang percuma perjalanan yang sudah sangat melelahkan ini.
Jam sebelas malam kami bersiap. dan setelah berdoa dan ikrar bersama dengan bertumpuk telapak tangan dalam lingkaran kami lepas dalam semangat. Berangkatlah kami pelan-pelan meninggalkan kamp. Senter kepala, syal, pakaian berlapis dan jaket tebal, sepatu anti slip dan jas hujan siap melengkapi jalan malam ini.
Ternyata ini perjalanan yang sangat sulit bagi siapapun.

Jalan mendaki yang licin berdebu dan kecil di antara jurang di hutan pinus, sampai di spot yang di namai Arcopodo. Ada dua tenda berdiri di sana. Lega melihat ada semacam kehidupan di situ walau kami hanya melewatinya. Pasti penghuninya adalah pendaki yang berpengalaman. Mana mungkin orang biasa berani di situ karena spot ini menyeramkan juga.

Sangat kelelahan dan saya tertinggal berdua dengan salah satu porter kami. Tertatih-tatih saya sampai di Spot Kelik. Tempat vegetasi terakhir. Dan selanjutnya saya menempuh medan berpasir di apit lereng-lereng tebing yang sempit tanpa benda untuk berpegangan. Rasanya mulai ingin menjerit dan mengaduh menahan sesak nafas yang mulai menyerang. Karenanya beberapa langkah saya terus berhenti dan melangkah lagi berhenti lagi. Tetapi saya masih boleh bangga karena hampir semua pendaki begitu juga, tidak peduli tua maupun muda.

Kawan, tinggal satu spot lagi ketika saya bertemu dengan seprang pemuda sudah tergolek ditunggui temannya. Kami sudah di lereng terjal jadi sulit untuk berhenti, jadi kami hanya bertegur sapa selintas dengan tetap melangkah. Satu demi satu di pasir yang sangat tebal. Dan spot terakhirapa sudah kami capai, sesaat lagi puncak Mahameru kelihatan.
Pembaca, angin mulai berhembus kencang dan udara dingin membuat tangan terasa kaku. Saya putuskan behenti dan duduk menunggang batu. Tidak mungkin duduk tanpa posisi begitu karena kemiringan permukaan lereng ini demikian tajam. Dari sini saya menikmati malam yang sangat sepi dan sunyi memandangi bintang gemintang dan awan di bawah yang tampak seperti padang rumput dihembus angin.

Fajar



Matahari Terbit



Cahaya Pertama di Atas Gunung

Turun Gunung
 Suhu udara di puncak mencapai nol derajat menjelang fajar. Sendi lutut dan pergelangan terasa kaku. Tetapi saya bertahan menanti matahari terbit. Dan bersamaan dengan terbitnya matahari saya putuskan turun. Dengan berat hati tentu saja. Masih ingin berlama-lama tetapi rasa kantuk dan capai membuat saya harus turun. Ternyata suasana tidak seseram semalam, Jalan berpasir ini juga kelihatan lebih lebar. Porter mengajari saya bagaimana cara turun yang aman. Dengan menjejakkan tumit kedalam pasir lalu meluncur seperti bermain sky. Oh ternyata benar-benar mengasyikkan meluncur sambil tertawa-tawa. Saya bergurau mengajak porter kembali ke atas dan meluncur lagi, ha ha ha kami meluncur lagi bersama-sama. sangat menyenangkan sampai lupa segala letih yang kami rasakan semalam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar