Sabtu, 14 Juni 2014

Melihat Situasi di Makam Sunan Muria.

Melanjutkan perjalanan dari Jepara, sampai kota Kudus sudah sore. Kami check in hotel jam empat. Sehabis mandi dan istirahat sebentar kami keluar untuk dinner. Hotel kami di tengah kota jadi hanya dengan jalan kaki sambil cuci mata kami sudah sampai di pusat keramaian. Seperti yang kami idamkan yaitu mencicipi sate kerbau. Ya cukup enak, dagingnya lembut dengan bumbu kacang.  Dan esok harinya mencicipi soto kerbau, hmm ini lebih lezat.

Perjalanan pertama di Kota Kudus adalah melihat objek wisata Sunan Muria. Dari depan hotel kami langsung naik mikrolet langsung Muria dengan ongkos 12.000 rupiah perorang. Letak kompleks Sunan Muria di ketinggian bukit. Untuk menuju ke sana dari terminal Muria perlu ojek motor lagi dengan ongkos 8000 rupiah. Ini menghemat tenaga dan waktu dibanding melalui jalur pintas dengan jalan kaki menaiki anak tangga.



Memasuki gerbang kompleks kami sudah disambut oleh pedagang berbagai macam barang keperluan ziarah dan makanan khas hasil kebun masyarakat sekitar, seperti pisang panjang rebus, umbi-umbian dan talas. Ada juga jenang atau dodol. Lalu memasuki lorong demi lorong mendaki dalam bangunan. Di beberapa tempat terdapat kotak amal yang cukup besar. Memang memasuki objek wisata ini tidak ada tiket masuk jadi mungkin dari kotak amal inilah peninggalan sejarah Islam Sunan Muria ini dikelola.

Ujung terakhir lorong ini adalah ruangan yang cukup luas di mana terdapat makam Sunan Muria dan pengikutnya.


Sayang situs ini sudah sangat jauh dari aslinya. Tiga puluh tahun lalu saat saya berkunjung ke sini makam ini menyatu dengan alam. Hanya ada sebuah bangunan tua tidak tertutup tempat Sunan Muria disemayamkan. Lalu di depannya makam-makam pengikutnya yang panjangnya sama lebih dari dua meter berderet rapi. Kompleks makam kecil itu tepat berada di puncak bukit dikelilingi lembah. Dari sana kita bisa melihat  panorama desa di bawah dan jalan berliku. Kini pemandangan itu habis sama sekali. sepenuhnya bukit itu sudah tertutup oleh beton dan lembahnya pun tertutup rapat oleh kios pedagang.



Tetapi yang jelas situasi itu memberi keuntungan bagi kehidupan masyarakat di sana. Berbagai toko suvenir dan perhiasan imitasi berjajar sepanjang lorong keluar. Kemudian di sepanjang tangga menuruni bukit pedagang pakaian dan perlengkapan ibadah dan makanan. Sampai satu kilometer ke bawah di dekat pangkalan mikrolet dan ojek.






Jam tiga sore kami meinggalkan Kota Kudus dan melanjutkan perjalanan ke Jawa Timur melalui Blora, Cepu dan selanjutnya ke Bojonegoro.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar