Minggu, 03 Agustus 2014

Di Detik Mendebarkan

Selamat malam,
Sebentar lagi malam akan berganti pagi. Rasanya baru saja saya melampaui hari-hari yang sulit dan menyesakkan. Namun saya tahu bahwa di dalam kesulitan ada kemudahan.
Ini bukan yang pertama kalinya kami  menghadapi ujian berat terutama bagi ibu saya yang sudah sangat tua.

Saya baru saja meletakkan ransel dan bicara basa basi dengan adik-adik tentang perjalanan mudik kami bertiga, ketika kemudian seorang adik saya menarik tangan saya memasuki kamar. Pasti berita istimewa, pikir saya, kalung berlian ibu ketemu? saya menduga-duga.
Tetapi...ternyata saya kecewa. Lalu dua adik yang lain menyusul masuk kamar dan serius membicarakan masalah yang sangat rumit ini.
Untuk beberapa jam kami hanya bisa berpikir dan termangu sampai akhirnya saya memutuskan untuk satu forum negosiasi. Masalahnya apakah pihak kedua mau bertemu apa tidak karena beberapa kali adik bungsu saya sudah mencoba belum berhasil. Saya menyarankan sekali lagi untuk mencoba.
Dan pada akhirnya permintaan saya dikabulkan.

Jam 09.45 kami berdua sudah dijemput sopir menuju Hotel Aston. Sopir langsung membawa kami ke Kundika Restaurant melalui lift dan mengatakan agar saya menunggu di ruangan itu. Sementara di ruangan itu hanya ada seorang bartender sedang merapikan gelas. Beberapa menit sopir masuk lagi dan mengatakan bahwa orang yang saya tunggu sedang ada meeting.
Dengan berdebar-debar saya menunggu dan berpikir tentang bagaimana saya akan memulai pembicaraan serta membayangkan seperti apa orang yang akan kami hadapi. Pas kebetulan kami sedang ngobrol sambil tersenyum dan tertawa kecil seseorang berpostur sedang, masuk lalu mendekati kami, tersenyum dan menjabat tangan kami sambil menyebut namanya. Ooo....inilah orangnya. Laki-laki di atas 40 tahun itu meminta bartender meninggalkan ruangan. Dia terlebih dahulu mengenalkan diri dengan selengkap-lengkapnya dengan keramahannya yang saya duga pasti itu palsu,  hanya untuk mengurani ketegangan perasaan di antara kami saja. Padahal sejak awal kami sudah siap dengan rasa damai apapun yang akan terjadi dan apa saja yang akan ia katakan.
Bersyukurlah kami tidak perlu banyak bicara karena semua rancangan penyelesaian yang tidak akan merugikan pihak satu sudah diucapkan tanpa kami bertanya. Hingga pada akhirnya sampai  pada giliran inti pembicaraan yang menjadi tujuan kami demi penyelesaian masalah secara menyeluruh. Dan syukurlah kami berhasil hingga akhirnya lima hari kemudian
semua acara rancangan kami, perempuan berempat berjalan dengan lancar dan baik. Keluarga besar merasa lega dan bergembira.

Kami sepakat akan berkurban apa saja asal ibu senang.

Namun...semua seakan menjadi sia-sia ketika adik laki-laki saya datang.

Kini, di sini saya ingin menangis dan mungkin juga adik-adik perempuan saya yang lain. Tetapi sekali lagi saya percaya bahwa sesungguhnya bersama kesulitan adalah kemudahan. Jadi saya hanya bisa berharap akan ada kebaikan setelah ini. Amien.


Semeru saat Fajar


Tidak ada komentar:

Posting Komentar