Senin, 02 Juni 2025

Jika Aku Kembali Lagi

Tahun 2024 kami menunaikan ibadah haji. Ada pelajaran yang sangat berharga dari semua prosesnya. Tidak mudah untuk dijalankan dalam usia tua tetapi bersyukur semua bisa kami jalani dengan normal seperti mereka yang muda. 

Dimulai dari acara syukuran menjelang keberangkatan. Di tengah mayoritas di Bali kami adakan syukuran sederhana saja.








Transit di Surabaya

Sampai Makkah
Sampai Hotel Al-Zayer Makkah


                                                            
                                                               Seberang hotel Al-Zayer
Hotel Al Zayer Berada di sebeang kanan tsebuah Taman. Taman ini dulu sebut sebagai taman Bakhutmah. karena dekat dengan maktab Jemaah haji di kawasan Bakhutmah. Kawasan ini sekarang sudah ditinggalkan karena hotel2nya sudah tua. Dan seputar taman ini sekarang sudah menjadi kawasan yang lebih baru dengan hotel dantoko2 baru. Taman ini sekarang masuk kawasan Misfallah. Kurang lebih 30 menit jalan kaki lurus ke Masjidil Haram.

Kawan pada tahun 2008 saya juga pernah menempati kawasan ini, hotel saya masuk kawasan  Bakhutmah, karena itu dalam kesendirian saya suka menghabiskan waktu luang di taman ini. " Sebuah Taman di Bakhutmah" saya pernah menulis cerita pendek dengan judul tadi. Kala itu hati saya sedang hancur sehancur2nya. Airmata saya terus mengalir di taman Bahkhutmah  karena masalah yang ditimpakan kepada saya di tanah air ketika itu.

Tidak menyangka jika hotel yang kami tempati saat haji tahun 2024 persis di seberang taman itu. 
Tetapi kali ini perasaan saya seolah sudah mati. Mati yang sesungguhnya biarpun kini masalah yang mirip sedang terjadi juga saya tidak perlu bersedih. Saatnya saya meraih kemenangan dan menganggap apa yang sedang terjadi adalah masalah orang sakit yang harus saya maklumi. Masalah lelucon orang bodoh dan tidak dalam kondisi jiwa yang waras. 

Alhamdulillah saya sangat sehat saat itu bahkan saya bertanya-tanya dalam hati bagaimana saya bisa sesehat dan sebugar ini. Allah sangat nyata membantu saya di manapun. Saya selalu gembira menjalankan ibadah.


Menuju Masjidil Kharam depan Tower Zam-Zam

Sa'i
Saya beberapa kali sa'i sendirian seorang penjaga air zam-zam mengambilkan saya minum air zam-zam ketika saya istirahat sebentar


sebelah hotel Al Zayer




Pemandangan  seberang hotel



                             Sehabis Sholat subuh menunggu waktu dhuha di roof top Masjidil Haram



Makan istimewa


Setelah napak tilas kawasan Bakhutmah,, kami temukan hotelnya sudah bagus dan bersih walaupun tidak seperti hotel tua dengan lingkungan pedagang makanan yang amburadul tahun 2008

Minggu, 25 Mei 2025

Rindu Rumah

 Kawan setanah air, gerimis masih menyapu pagi mengusir matahari. semilir angin memperdingin susana hari ini. Baru saja saya melihat cctv rumah saya, ya rumah di Tabanan yang berangsur mulai saya tinggalkan. Sekali hati berkata pantang surut mencabutnya. saya harus bisa dan berani meninggalkan semuanya. sudah takdir saya harus pergi meninggalkan kecintaan akan rumah itu, rumah yang telah memenuhi selera arsitektur dan desain pilihan saya. semasa muda saya bekerja keras demi mewujudkan mimpi memiliki rumah karena sampai anak2 saya masuk SMA kami cuma bisa mengontrak rumah. 






Entah kapan tepatnya tetapi kira2 satu tahun lalu saat menengok rumah, saya memasak masakan kesukaan cucu. Karena merekalah saya ingin kembali walau tidak untuk menetap. Luka yang teramat dalam menjadikan saya tidak bisa lagi 

merasakan nikmatnya tinggal di sini.











.


Rindu rumah rindu semua kenangan itulah yang membuat saya selalu melihat CCTV dari kejauhan.  Melihat foto sudut sudut rumah yang saya tinggalkan.





                                                        Pemandangan dari Gunung Prau

Kamar yang juga menjadi studio melukis itu pasti kini sepi dan berdebu. Ah sudahlah semua sudah berlalu. Mari lanjutkan langkah ke depan tinggalkan yang harus ditinggalkan. Tetap merasa beruntung lalu bersyukur bisa melewati semuanya dengan selamat sehat dan tidak kehilangan harga diri.

                                                     
                                                        Bunga di Sembalun Lawang Rinjani


Kawan, hujan sudah mereda. Begitu juga kepedihan hidupku sudah mereda meskipun tak pernah ada kata maaf.
Prinsip yang tepat bagi saya wlau saya tahu tak ada seorangpun yang membenarkan ini bahkan Tuhan.
Tetapi di situ di dalam keputusan itu aku ada.
 
Tangis duniaku sudah selesai tangis dunia akhirat orang lain biarlah itu urusan mereka. Tiada maaf bagi mereka. Terlalu lama saya berjalan dalam kesulitan, kemarahan dan penderitaan dan kini saatnya saya pergi, kembali ke kota di mana ibu menimang, memanja dan mengharap hidup anaknya kelak bahagia.
                                                                          

Hidup serasa akan berkesudahan, tinggal duduk manis, jalan-jalan, olah raga, belanja apa yang perlu saja. uang pensiun hanya menjadi penyambung hidup dari waktu ke waktu tanpa tuntutan. 
Memberi walaupun sedikit menjadi kesenangan karena di situ saya merasa masih punya arti.
Saya sudah tua tetapi melihat orang-orang tua bersahajan rasanya simpati sebaliknya melihat orang tua yang tidak menyadari ketuaannya dengan tindak-tanduk pecicilan saya sangat benci bahkan trauma. 

Anda tahu orang tua pecicilan itu apa, genit tidak peduli orang lain yang penting kelihatan gaya, tidak punya moral. Tidak punya keteladanan di mata keluarga dan tidak punya nilai kecuali di depan komunitasnya.
Berkaca dari itu maka saya ingin tetap membangun kedekatan dengan anak dan cucu seberapapun kesalahan mereka saat mereka belum mengerti apa itu baik dan buruk.


                     Saat menghabiskan waktu liburan bersanma di Hotel Westlake Yogyakarta



                                                                                


                                Kini saya jauh dari mereka terpisahkan daratan oleh lautan. 







Rabu, 05 Maret 2025

Selamat Berjumpa lagi


Tidak terasa perjalanan waktu begitu cepatnya. Kita sudah sampai pada Februari 2025. Berbagai peristiwa yang dialami  setiap jiwa menoreh lembaran hidupnya suka maupun duka. Itulah warna, semakin banyak warna semakin menarik. Seorang pelukis tidak boleh takut menggunakan warna yang tidak disukainya karena boleh jadi warna itu akan memberi nuansa berbeda. Dan dalam perbedaan itu pelajaran baru tentang warna pasti ada. 

Ah jadi bicara warna. Begini, saya tidak akan membagi semua kisah sampai tahun 2025 ini. Sesungguhnya banyak kisah bisa diungkapkan namun...cukuplah sepert kata bijak Bapak Soeharto, presiden kedua RI, "Mikul nduwur mendem jero" artinya junjung tinggi hal baik dan kubur dalam-dalam hal yang buruk. Jadi itulah alasan saya hanya ingin memperlihatkan warna yang indah bagi Anda. Biarlah warna air mata untuk saya saja. Singkat cerita :

Berikut adalah cerita tentang G Ungaran tahun lalu yang tertinggal. Masih melanjutkan perjalanan di Jawa Tengah, dari Dieng kami langsung menuju Kabupaten Ungaran dengan Bus. Niat kami mendaki G Ungaran yang sudah lama diimpikan pada akhirnya kesampaian.

Prinsipnya perjalanan itu menyenangkan walau sangat melelahkan karena treking menanjak berbatu dan akar pepohonan sepanjang perlananan














Itulah cerita tentang mendaki G Ungaran-Jawa Tengah dari Base Camp Perantunan



                                                          




                                                     
                                                                       








Selasa, 24 September 2024

Perubahan

Sore tiba-tiba mendung pekat di ujung selatan kota disertai angin menderu meluruhkan dedaunan. Beberapa menit kemudian hujan. Bersyukur untuk mereka para penanam padi yang sudah demikian rupa menunggu sawah ladang yang kering kerontang dan menela. Rekahan-rekahan tanah itu menyedihkan seperti luka yang menyakitkan.

Tetapi di ladang lain petani tembakau menjadi was-was dengan datangnya hujan yang tiba-tiba karena itu berarti gugurnya harapan meraih hasil jerih payahnya. Daun tembakau yang menghijau keranuman itu akan kehilangan aroma premiumnya sehingga harga akan jatuh. Bersyukurlah mereka karena hujan tiba-tiba berhenti. Hmm keseimbangan dan keadilan, tetapi siapa di antara mereka yang paling mendapatkan keadilan jika harapan belum membuahkan hasil. Boleh jadi petani tembakau sedang bersuka cita dan petani padi kembali murung, namun siapa bisa meramalkan jika hujan tidak akan turun atau hujan terburu turun. 




Begitulah absurdnya harapan. Harapan para petanipun berbeda begitu pula harapan orang tua terhadap anak dan sebaliknya harapan anak kepada orang tuanya. Harapan guru terhadap muridnya dan harapan murid kepada gurunya. Harapan perempuan terhadap lelakinya dan harapan lelaki terhadap perempuannya. Tidak pernah sama persis. Terkadang bahkan berbalik tak sebanding.


Cerita memang selalu berbeda, juga nasib manusia tidak ada yang pasti kecuali perubahan. Hahahh jadi tokoh Anies Baswedan ya. PERUBAHAN.




Jumat, 20 September 2024

Sunyi

 





                                                           Keluarga Papaya namanya Carica 
Ini buah khas Dataran Tiggi Dieng, biasa diolah untuk manisan dan minuman 

                                                 Panorama G Sindoro Sumbing dari G Bisma

Pujangga Indonesia Amir Hamzah pernah mengungkapkan dalam puisinya bahwa " Sunyi itu duka  suinyi itu kudus sunyi itu lupa sunyi itu lampus" Anehnya para kritikus tidak mengerti makna yang pasti untuk puisi ini. Ya tidak ada yang salah tentang itu karena seperti pepatah dalamnya laut dapat diduga dalamnya hati siapa tahu. Begitu pula tentang sunyi, ia menjadi misteri setiap orang.

Dan sekarang masih adakah manusia yang masih bisa merenung tentang makna sunyi.Sepertinya tak ada seorangpun yang mau mengakui kesunyian. Manusia sekarang ketika menyoal perasaan sering munafik. Apalagi mengakui sedang kesunyian, hampir tidak ada walaupun secara manusiawi itu hal biasa. Kita lihat banyaknya kasus bunuh diri, memakai narkoba, datang ke kafe-kafe, menenggak alkohol, suntuk di gawai, membentuk komunitas maber, nobar, olgaber dll adalah bukti bahwa mereka sedang bermunafik dari rasa sepi, walau tidak semuanya.
              
Sunyi itu duka
Sunyi iyu kudus
Sunyiitu lupa
Sunyi itu lampus

Pujangga Amir Hamzah jujur mengatakan bahwa rasa kesunyian itu sebenarnya adalah kesedihan yang mendalam seperti orang yang ditinggal oleh orang yang dicintai untuk selamanya. Duka. Namun ketika kita mampu menerima kesepian dan kesunyian maka duka itu terasa kudus, suci, murni sebagai takdir Ilahi yang dengan nikmat bisa kita terima. 
Kemunafikanlah yang membuat manusia lupa dan memanipulasi perasaannya sehingga pada akhirnya kesunyian itu membunuhnya.

Begitulah sunyi.

   
                                                           Telaga Menjer Dieng Wonosobo

 

Masih Tentang Bukit bismo Dataran Tinggi Dieng

 


                      Ambisi yang tak dapat saya bendung adalah menjelajah alam dan ketinggian.Senyapnya gunung adalah pencapaiannya kendati langkah tinggal setengah tenaga. Kelelahan seolah luapan keluh kesah hidup yang terteriakkan oleh suara hati lalu menjadi hembusan nafas  yang indah. Alam telah melenakan semuanya. Merubah segalanya walau saya tahu itu untuk sementara.  



Kemampuan pendakian juga tinggal setengah tenaga namun cukuplah bagi saya. Saya yakin seyakin-yakinnya di sini saya menjadi manusia paling bahagia dapat menikmati indahnya panorama alam dari ketinggian, mendengar desing angin lembut dan gemeretak suara belalang di semak-semak. Sesaat derita tersamarkan, marah dan kecewa terpendamkan. 

gunung Bismo merupakan gunung tidak aktif dengan ketinggian 2365 mdpl berada dalam rangkaian bukit dan gunung yang mengelilingi dataran tinggi Dieng Jawa Tengah. Medannya juga tidak terlalu sulit dilewati. Yang memesona adalah pemandangan alamya sepanjang treking yang dilalui. jika cuaca cerah, tampak gunung Sindoro dan G Sumbing di kejauhan, sama dengan pandangan dari G Prau yang tapak juga kedua gunung tersebut. Sindoro-Sumbing.