Selasa, 24 September 2024

Perubahan

Sore tiba-tiba mendung pekat di ujung selatan kota disertai angin menderu meluruhkan dedaunan. Beberapa menit kemudian hujan. Bersyukur untuk mereka para penanam padi yang sudah demikian rupa menunggu sawah ladang yang kering kerontang dan menela. Rekahan-rekahan tanah itu menyedihkan seperti luka yang menyakitkan.

Tetapi di ladang lain petani tembakau menjadi was-was dengan datangnya hujan yang tiba-tiba karena itu berarti gugurnya harapan meraih hasil jerih payahnya. Daun tembakau yang menghijau keranuman itu akan kehilangan aroma premiumnya sehingga harga akan jatuh. Bersyukurlah mereka karena hujan tiba-tiba berhenti. Hmm keseimbangan dan keadilan, tetapi siapa di antara mereka yang paling mendapatkan keadilan jika harapan belum membuahkan hasil. Boleh jadi petani tembakau sedang bersuka cita dan petani padi kembali murung, namun siapa bisa meramalkan jika hujan tidak akan turun atau hujan terburu turun. 




Begitulah absurdnya harapan. Harapan para petanipun berbeda begitu pula harapan orang tua terhadap anak dan sebaliknya harapan anak kepada orang tuanya. Harapan guru terhadap muridnya dan harapan murid kepada gurunya. Harapan perempuan terhadap lelakinya dan harapan lelaki terhadap perempuannya. Tidak pernah sama persis. Terkadang bahkan berbalik tak sebanding.


Cerita memang selalu berbeda, juga nasib manusia tidak ada yang pasti kecuali perubahan. Hahahh jadi tokoh Anies Baswedan ya. PERUBAHAN.




Jumat, 20 September 2024

Sunyi

 





                                                           Keluarga Papaya namanya Carica 
Ini buah khas Dataran Tiggi Dieng, biasa diolah untuk manisan dan minuman 

                                                 Panorama G Sindoro Sumbing dari G Bisma

Pujangga Indonesia Amir Hamzah pernah mengungkapkan dalam puisinya bahwa " Sunyi itu duka  suinyi itu kudus sunyi itu lupa sunyi itu lampus" Anehnya para kritikus tidak mengerti makna yang pasti untuk puisi ini. Ya tidak ada yang salah tentang itu karena seperti pepatah dalamnya laut dapat diduga dalamnya hati siapa tahu. Begitu pula tentang sunyi, ia menjadi misteri setiap orang.

Dan sekarang masih adakah manusia yang masih bisa merenung tentang makna sunyi.Sepertinya tak ada seorangpun yang mau mengakui kesunyian. Manusia sekarang ketika menyoal perasaan sering munafik. Apalagi mengakui sedang kesunyian, hampir tidak ada walaupun secara manusiawi itu hal biasa. Kita lihat banyaknya kasus bunuh diri, memakai narkoba, datang ke kafe-kafe, menenggak alkohol, suntuk di gawai, membentuk komunitas maber, nobar, olgaber dll adalah bukti bahwa mereka sedang bermunafik dari rasa sepi, walau tidak semuanya.
              
Sunyi itu duka
Sunyi iyu kudus
Sunyiitu lupa
Sunyi itu lampus

Pujangga Amir Hamzah jujur mengatakan bahwa rasa kesunyian itu sebenarnya adalah kesedihan yang mendalam seperti orang yang ditinggal oleh orang yang dicintai untuk selamanya. Duka. Namun ketika kita mampu menerima kesepian dan kesunyian maka duka itu terasa kudus, suci, murni sebagai takdir Ilahi yang dengan nikmat bisa kita terima. 
Kemunafikanlah yang membuat manusia lupa dan memanipulasi perasaannya sehingga pada akhirnya kesunyian itu membunuhnya.

Begitulah sunyi.

   
                                                           Telaga Menjer Dieng Wonosobo

 

Masih Tentang Bukit bismo Dataran Tinggi Dieng

 


                      Ambisi yang tak dapat saya bendung adalah menjelajah alam dan ketinggian.Senyapnya gunung adalah pencapaiannya kendati langkah tinggal setengah tenaga. Kelelahan seolah luapan keluh kesah hidup yang terteriakkan oleh suara hati lalu menjadi hembusan nafas  yang indah. Alam telah melenakan semuanya. Merubah segalanya walau saya tahu itu untuk sementara.  



Kemampuan pendakian juga tinggal setengah harga namun cukuplah bagi saya. Saya yakin seyakin-yakinnya di sini saya menjadi manusia paling bahagia dapat menikmati indahnya panorama alam dari ketinggian, mendengar desing angin lembut dan gemeretak suara belalang di semak-semak. Sesaat derita tersamarkan, marah dan kecewa terpendamkan.