Kamis, 02 Februari 2017

Negeri Bertopeng







Topeng-topeng ini merupakan persona bebagai karakter yang sulit ditebak Begitu banyaknya orang yang kita kenal di pemberitaan televisi, tokoh-tokoh ternama, Orang besar dan mantan orang besar serta orang yang tiba-tiba menjadi besar di negeri ini saling bersilang kata meracau dan saling menuntut dan saling mengancam.

Seperti yang saya ramalkan dulu (eh sok pinter, tapi ini jujur) bahwa satu saat tidak perlu menunggu terlalu lama orang-orang bertopeng ini akan bermunculan. Lalu mengapa mereka bertopeng?
Mereka malu menunjukkan siapa mereka sebenarnya. Merekalah orang yang tidak puas dengan keadaan tetapi ingin mengambil satu kesempatan dengan cara yang tidak fair.
Mengapa tidak fair?   Ya karena mereka tahu diri mereka adalah orang yang sangat bernafsu untuk mendapatkan keuntungan diri sendiri.




Di sisi lain manusia tak bertopeng tetapi berkedok agama juga ribut mengatasnamakan agama dan memperkeruh situasi negeri ini. Seharusnya  atas nama agama kita ciptakan kedamaian, bukan  pemaksaan kehendak. Cobalah apa yang kurang dari perjuangan para Wali ketika berjuang membela agamanya, Bukan dengan permusuhan tetapi dengan pendekatan budaya dan kasih sayang. Jika kita tak bisa menirunya karena kita tidak hidup di zaman Wali, ya paling tidak tahu cara yang yang baik ketika ingin merubah yang tidak baik pada orang lain. Merubah orang yang tidak baik dengan cara yang lebih tidak baik saya yakini itu perbuatan percuma dan menimbulkan permusuhan. Bahkan akan menumbuhkan sejuta ketidakbaikan lalu ribut terus.

Saya kira banyak orang yang sudah jenuh dan muak dengan drama di negeri ini. Drama yang dipenuhi pemain-pemain antagonis yang selalu muncul setiap lima tahunan. Mereka banyak yang bertopeng karena tahu diri bahwa perannya sudah tidak menarik lagi.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar