Selamat datang di blog saya. Saya senang Anda bergabung dengan saya, melihat pengalaman saya dalam gambar dan membaca tulisan saya. Beberapa cerita fiksi yang saya tulis terinspirasi oleh pengalaman teman-teman dan orang lain.Saya berharap ada komentar dan saran dari Anda. Tks untuk semuanya.
Kamis, 16 Juni 2011
Kapal Motor di atap Rumah
Pagi saya mulai dengan jalan di sekitar hotel di jalan Sisingamangaraja Banda Aceh. saya menyusuri jalan arah utara. Tidak saya duga bahwa tidak jauh dari hotel Nuri adalah sebuah muara sungai yang sangat lebar. Kapal nelayan memenuhi sepanjang tepian sungai yang alurnya melengkung indah di kejauhan , berlatar belakang bukit dan pohon pinus yang tampak berbaris rapi.
Saya mengambil beberapa gambar. Nelayan di kapal yang sibuk berbenah sepintas melihat heran kepada saya karena mungkin di sini tidak lazim ada perempuan sendirian di tempat sepi itu.
Di pinggir jalan seorang perempuan sedang memanggang jajanan, saya mendekat, tergoda mencicipi makana apa yang sedang dibakar.Lemang, begitu nama makanan itu.Rasanya mirip dengan lemper tetapi tanpa isi. Saya bergabung dengan perempuan itu sambil ngobrol.
Sungai ini bernama sungai Lampulo. sama dengan nama kawasan pantai dan muaranya.Di pangkal muara Lampulo ini terdapat pelabuhan ikan. Ikan-ikan segar digelar di halaman tempat pelelangan ikan. Juga ikan-ikan besar dan kecil dalam keranjang berjajar-jajar menunggu pembeli.
Dua orang pemuda meminta saya mengambil gambar dagangannya, setelah itu berpose dan meminta saya menjepretnya. saya suka ide itu.Selanjutnya saya mendekati perahu nelayan yang membongkar muatan. Perahu itu dikerubuti laki-laki berbadan kuat. Berboks-boks ikan, udang dan cumi segar besar dan kecil masih berada dalam lambung perahu itu. Ada juga tangkapan ikan besar dan empat ekor ikan hiu masih tergeletak belum ada pembeli. Waktu saya foto ikan-ikan itu dua pemuda lagi minta difoto dan bertanya akan dimuat di surat kabarkah, saya tertawa saja.
Saat kembali tampak suami sedang minum teh di sebuah warung makan dekat muara, saya bergabung dan memesan kopi serta nasi lemak.Enak juga makan nasi bungkus lima ribuan di pinggir jalan ini. Nikmat dengan suasana baru walau tidak seorang pun menyapa kami. Sepertinya interaksi sosial di Banda Aceh sedikit berbeda. Wajah-wajah dingin dan kaku. Atau ini hanya menurut perasaan saya saja. Senyum mereka hanya akan terlihat jika kita bersikap ramah dan kepada mereka.
Sehabis makan kami melihat kapal yang terdampar di atap rumah saat tsunami 2005. Kami mengambil gambar dan melihat foto dokumentasi tsunami.Bangkai-bangkai kapal kecil juga masih terdapat di pinggir sungai Lampulo, tersembunyi di antara rumpun-rumpun tumbuhan sejenis rumput gelagah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar