Jam sepuluh pagi ini saya menginjak lagi rumah saya yang sunyi. Daun-daun kering bertebaran memenuhi halaman. Perpaduan hijau dan coklat memberi corak jernih dalam kontras antara kesegaran dan kegersangan. Bagi saya ini indah, daun cempaka berlipat runcing tergolek pasrah di atas pucuk-pucuk hijau rumput mutiara yang subur.
Hanya sampah saja.
Namun bisa menarik perhatian siapa saja untuk memandangnya lalu tersenyum dan mungkin juga menggelengkan kepala.
Dan setiap gelengan kepala pasti memiliki arti sendiri yang tidak bisa diterjemahkan dengan satu kata.
Begitu juga rumah saya, berdebu.
Sehabis bersih-bersih sekedarnya, masak dan mencuci, saya punya banyak waktu tersisa namun tak tahu bagaimana cara menghabiskannya, sampai besok pagi ketika aktifitas kerja akan dimulai lagi.
OOO, betapa manusia adalah detik jarum jam yang terus berjalan. Terkadang terasa begitu lambat.
Detaknya hanya terdengar ketika kesunyian datang.
Dan dentangnya membawa rindu di tengah malam.
Tetapi jarum jam juga harus bekerja siang dan malam untuk memberi arti kepada yang membutuhkannya sampai suatu saat dia harus berhenti karena detaknya sudah tidak ada lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar