Pagi diawali dengan keriuhan suara burung di pepohonan. Suaranya menerobos remang cahaya jendela kamar. Saya segera bangun lalu menuruni tangga dengan lagu I Love You more than i can say. Sebenarnya ini dipicu oleh riangnya suara burung-burung itu yang berasosiasi dengan sebuah lagu Burung-burung Murai,yang nadanya mengadopsi dari I Love You More than I Can say.
Suami yang berada di bawah melihat ke tangga dan samar-samar kulihat pundaknya digoyang mengikuti lagu saya. Luar biasa bagi saya, sayang kami tak bisa saling melihat ekspresi masing-masing karena ruangan ini belum begitu terang.
Saya ingin hari ini untuk berbagi. Saya ingin bangunkan teman. Di dapur anak perempuan saya sedang menjerang air. Kami buat teh manis dan menikmatinya setelah selesai sembahyang. Selanjutnya menyiapkan sarapan dan menyantapnya ramai-ramai.
Suatu rahmat yang tak terhingga bagi saya. Walau suami saya masih enggan berhadapan dengan kami.
Berhari-hari kami bergumul dengan kebekuan. Saya berada di antara dua kutub, suami dan anak perempuan.
Kami sekarang perempuan pemberani. Tak peduli dengan risiko, demi mendapatkan kembali kebebasan kami di rumah sendiri. Dan hari-hari ini saya punya kawan mengisi kesunyian.
" Mama selama ini kesepian begini?" Tanya anak saya.
Tentu saja jawabannya adalah "ya"
Memang adakalanya orang itu ingin hidup dalam dunianya sendiri. Namun tidak semua orang bisa hidup di dalamnya kecuali orang yang sangat egois dan autis.
Biar saja kami menapaktilas lagi kenangan masa lalu. Saat belahan-belahan jiwa kecil saya menghabiskan waktu bermainnya di sini.
Dan malam ini saya akan memulai tidur dengan rasa bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar