Rutinitas dimulai di sekolah, saat bekerja di arena Ujian Nasional. Ketika saya melintasi halaman depan workshop terdengar suara "Ada pemain tenis nasional lewat!" Saya menoleh, di sana tiga teman kerja.Saya pun senyum saja tetapi kenapa saya di sebut pemain tenis oleh Pak Ananda? Awas, pikir saya.
Selesai urusan saya balik lagi ke workshop, Si Ananda sudah di sana dan mengulangi mengolok saya. Saya balik olok lagi bahwa ia itu tipe orang yang gak mau jadi orang tua, masa sejak dulu namanya Ananda saja. Ia balas akan mengganti nama teman-teman juga lalu menyebut satu persatu nama teman dan ditambahi akhiran -nda.Teman lain riuh tertawa dan protes lalu si item itu senang sambil bergaya menirukan gaya monyet melepas kaca mata.oooh riangnya sampai-sampai kepala sekolah yang berada di ruang itu memperhatikan kami.
Hari yang begini sulit terjadi pada hari-hari biasa.Kami yang sering serius menghadapi tugas di kelas lebih banyak sendiri-sendiri. Dan jam istirahat yang lima belas menit tidak cukup untuk bisa bercanda.
Selepas ujian matematika jam sepuluh ibu-ibu membuat rujak mangga dan kami makan bersama-sama termasuk dengan Tim Independen dari Politeknik Udayana yang mengawasi jalannya ujian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar