Senja ini menjadi saksi di setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup ini. Saksi yang tidak berpihak kepada siapapun, karena ia selalu mengambil posisi beriringan dengan peristiwa itu. Hanya perasaan manusia yang membuatnya sebagai kawan atau lawan. Sebagai kawan ketika kita tersenyum dan menjadi lawan saat kita menangis.
Kawan, senja ini tidak berbicara apa-apa. Ketika ini, ketika hanya ada desah yang menyayati dada. Gambar itu memanggil kerinduan yang tak akan selesai.
Saya tahu tak akan pernah selesai karena waktu tak menghendaki sebuah penyelesaian. Perbedaan waktu terlalu tajam, antara matahari terbit dan tenggelam.
Kawan, terkadang saya berpikir bahwa kehidupan itu adalah sebuah karya seni. Kerumitannya lah yang menjadikannya sebagai karya seni bernilai tinggi. Dan untuk mryelesaikannya memerlukan kesabaran dan pengurbanan. Seniman tidak perlu berhitung berapa waktu terlewati dan berapa harga harus dibayar untuk sebuah karya.
Meskipun demikian, hal itu belum menjadi jaminan akan tidak adanya kegagalan.
Ya, menjalani hidup sama dengan membangun sebuah karya dengan cinta. Kegagalan menjadi pelajaran untuk memperbaiki.
Idealisme dalam banyak hal memang adanya harmoni antara unsur-unsurnya. Tetapi dalam seni dan hidup seringkali kontradiksi antarunsur justru memperkuat nilai keindahannya.
Saya berharap begitu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar