Minggu, 31 Oktober 2010

Mengenang Mbah Marijan


Tulisan saya awal juli lalu belum selesai, tulisan yang merekam perjalanan sepuluh hari di Yogyakarta. Dan tentunya kunjungan ke rumah Mbah Marijan. Laki-laki tua pesohor jurukunci Gunung Merapi yang lincah selincah Merapi.
Namun tak bisa saya terima bahwa catatan tentangnya harus berakhir dengan kepergiannya. Saya masih belum mengupas semuanya.Apa yang saya lihat dan saksikan di sekitar simbah yang bagi saya ia adalah lelaki tua yang sangat arif.
Ketika banyak orang berbicara tentang dia, dan hanya melihat lelaki tua itu sebagai jurukunci dan bintang iklan minuman berenergi serta bintang iklan kesenian tradisional Campur Sari, berbagai sorotan tentang pribadi Mbah menjadi simpang siur. Tidak sedikit yang memandang negatif terhadap laki



Pasti saat mudanya ia pribadi yang hangat dan menyenangkan.

Kamis, 28 Oktober 2010

Yang Aku Tulis: Mbah Marijan telah Pergi

Yang Aku Tulis: Mbah Marijan telah Pergi

Mbah Marijan telah Pergi

Selamat jalan Lelaki perkasa penjaga Gunung Merapi, semoga engkau mendapatkan tempat yang sesuai dengan amal dan ketulusanmu menjalani tugas sebagai juru kunci Gunung Merapi.

Masih saya ingat setengah jam bersama lelaki sepuh ini awal Juli lalu saat kami mengunjungi situs Kaliadem, Kaligendo dan sekitarnya dan singgah di kediaman penjaga Merapi ini. Mbah Marijan, sangat ramah menemui kami yang hanya berdua saja.Berbagai cerita menarik tak ada putusnya diselingi senyum dan tawanya yang menyenangkan. Kerutan wajahnya tampak mengumpul saat dia tertawa sambil sesekali menutup sedikit mulutnya dengan dua jarinya.

Saat saya tanyakan bagaimana rasanya menjadi orang terkenal, ia hanya menjawab bahwa yang menganggap ia terkenal hanya pembawa berita saja,ia mengaku bahwa dirinya hanya orang bodoh yang ilmunya tidak sampai lutut. Saat mengatakan itu ia perlihatkan lutut dengan sedikit mengangkat kaki kanannya dan menunjuk tumit dan lututnya. Lalu saya tanyakan apakah rahasia kesaktiannya . ia tertawa tenang. Garis-garis matanya tampak menyipitkan kedua matanya. Ketika kami menjawab pertanyaannya bahwa kami dari Bali, ia tampak senang, ia katakan bersyukur kami bisa bertemu karena tidak semua orang yang mencarinya bisa ketemu.

Percakapan itu mengasyikkan karena Mbah Marijan memiliki selera humor yang tinggi dan bisa membuat kami senang.
Berkali-kali ia menawarkan suguhan keringan yang dijajarkan di meja.Saya memakannya, snak berbentuk cincin dengan rasa sedikit asin. Saat saya mengamati snak itu ia memperhatikan. Saya jadi menyesal mungkin ia mengira saya tidak senang , ia minta maaf karena hanya bisa menyuguhkan itu. Yah itulah setengah jam bersamanya. Kini ia telah pergi, bayang-bayang wajah lelaki tua di kaki Merapi yang ramah itu terus mengikuti saat saya tahu ia sudah tidak ada lagi. Kepergiannya seperti meninggalkan legenda Kinahrejo di kaki Merapi.

Selamat jalan Mbah Marijan

Sabtu, 16 Oktober 2010

Menjengkelkan yang membuat rasa senang

Hari ini masih kesal mengingat saya harus mengajar lagi kelas yang sama. Tetapi beberapa kali saya tersenyum dan tertawa sendiri mengingat hal yang lucu di kelas X2, Ketika saya bertanya kepada seorang murid yang duduk tepat di depan meja guru. Saya bertanya apa judul tulisan yang ia buat. Ia menjawab : " seorang laki-laki memetik gitar!" Jawaban itu tentu saja membuat kelas tertawa karena tidak topik tsb tidak ada dalam pilihan. Saya bertanya apakah laki-laki itu Rhoma Irama? Ia tersenyum dan menggelengkan kepala tetapi serius : "Bukan!"katanya. Lalu kuteruskan banyolan itu, : " Kalo gitu dia seorang Satria Bergitar." Kelas Tertawa lagi
.
Sesaat kemudian semua meneruskan pekerjaannya. Tetapi ketika ada yang melihat saya tak bisa menahan senyum mengingat-ingat kejadian itu, kelas ramai dengan tawa lagi. Karena anak tadi belum juga menyadari kekeliruannya. Ia masih serius dengan tulsannya, AHH..ini menjengkelkan tetapi menimbulkan rasa senang juga.
Kenapa aku ini, murid yang persis di depanku tidak bisa memahami perintahku. Aku malu pada diri sendiri.

Kamis, 14 Oktober 2010

Halo,

Halo, Sudah hampir sebulan saya tidak menulis apa pun di blog ini. Selain karena kesibukan menjelang pemeriksaan Direktorat Jenderal Pendidikan juga karena ada rasa jenuh dan keengganan menulis saja.

Sore tadi di kelas, saya tidak bisa mengendalikan emosi dan terpancing oleh ulah empat orang anak yang saling mengganggu dan mengacau kelas. Saya marah, dan sampai sekarang rasa jengkel itu masih belum hilang. Terbayang wajah dan ulah mereka yang kurang sopan di dalam kelas.

Yah jadi guru memang penuh cerita, suka dan duka.

Senin, 27 September 2010

Hari hari yang sangat biasa

Beberapa hari ini cuaca antara hujan dan cerah berganti-ganti secara ekstrim. Udara dingin dan panas menyengat bertukar dengan cepat membuat badan terasa tidak nyaman, semangat kerja sedikit mengendur dan beban pekerjaan juga menumpuk, gak selesai-selesai. Padahal tuntutan tugas dari sekolah terus digulirkan. Akan datang tim evaluasi dari direktorat memeriksa pekerjaan kami,semua komponen sekolah dari Kepala Sekolah,guru, pegawai dan dan para pembantu minggu depan.
Okelah, begitu saja pikiran saya, saya harus bekerja. Namun kenyataannya saya tidak bekerja sejak jeda liburan lebaran lalu.Dan separo pekerjaan yang sudah saya selesaikan itu tetap menjadi dokumen yang belum selesai.
Siang ini di sekolah, udara sangat gerah. Sedikit mendung dan tidak ada angin. Saya akan memulai bekerja namun kemalasan datang lagi.Mudah-mudahan satu jam kedepan saya bisa memulainya lagi dengan nyaman.

Kamis, 23 September 2010

Akhirnya Anak Saya Kembali

Anak terakhir saya sudah kembali pulang untuk menetap di rumah Tabanan karena penempatan kerja dari Pusat Data BRI memang di Bali. Dari seribusatu keberuntungan, inilah satu dari keberuntungan itu. Bahwa Kantor Pusat Data yang ditawarkan hanya ada dua,yaitu Jakarta dan Bali. Dan ketika anak saya memilih Bali ternyata Pusat Data kedua itu berkantor di Kabupaten Tabanan. Bahkan tempatnya hanya berjarak satu kilometer dari rumah kami. Wah..wah, orang pasti mengira ada permainan kali ya, tetapi ini memang benar-benar sebuah kebetulan yang pas saja.

Sebenarnya saya sendiri ragu apakah ini pilihan yang menguntungkan anak saya apa tidak, sebab setelah meninggalkan Bali, di Yogyakarta, tempat kuliahnya tentu lebih menyenangkan baginya. Selain almamater tentunya di sana juga sudah banyak teman dan tempat-tempat yang menyenangkannya dibanding Tabanan,kota kecil yang biasa saja.Begitu juga pengalamannya sembilan bulan dalam masa trainingnya di jakarta dengan fasilitas bintang lima yang sudah membuatnya tampak segar dan gemuk saya kawatirkan bisa membuatnya merasa kecil bekerja di kota kelahirannya, Tabanan.

Tetapi ini sudah menjadi pilihannya. Barangkali setelah mendapat kesenangan saat bekerja akan terlupakan semuanya, termasuk enaknya bekerja di Jakarta seandainya ia pilih Jakarta.

Tanggal empat belas September 2010 merupakan hari pertamanya.Saat kami sekeluarga masih menghabiskan libur lebaran di Yogyakarta ia pulang mendahului kami.

Bersyukurlah, tidak ada yang sulit bagi anak kami mendapatkan pekerjaan sesuai dengan bidang yang dikuasainya.Mudah-mudahan semuanya berjalan seperti yang kami harapkan.Amien.