Kami meninggalkan Tabanan pukul sebelas siang berenam dengan Avanza menuju P jawa, tepatnya tujuan ke Taman Nasional Baluran, Situbondo. Rencana ini rencana dadakan untuk mengisi libur tiga hari pada hari Paskah tambah Sabtu Minggu. Kurang lebih jam empat sore kami sudah sampai di pintu gerbang kawasan Taman Nasional karena penyeberangan cukup lancar dan kami makan siang nasi bungkus di kapal. Setelah beli tiket kami langsung memasuki kawasan Kami memang berencana menginap di kawasan karena itu ketika penjaga mengingatkan agar kami tidak menginap karena villa sudah full. Kami katakan kami membawa tenda tetapi penjaga mengatakan tidak boleh berkemah dan akhirnya penjaga itu mengijinkan kami juga asal tidur di ruang tertutup.
Kami mulai memasuki hutan yang tidak terlalu rimbun, jarak pintu gerbang sampai ujung terjauh yaitu pantai Bama adalah 15 Km. Jalanan aspal yang sudah rusak membuat perjalanan sangat lambat. Suara satwa mulai terdengar. Suara burung beraneka ragam sangat enak didengar, juga suara ayam hutan yang seringkali terdengar. Semakin ke dalam semakin sering suara-suara itu terdengar, dan terkadang ayam hutan berkokok bersahutan.
lebih kurang 7 Km perjalanan kami mulai memasuki kawasan yang diberi nama Ever Green. Kawasan rimbun sepanjang 4 Km dengan vegetasi semak-semak belukar dan pohon besar bercampur palem berdaun kipas yang sangat besar. Kami sempat melihat biawak kecil melintas juga melihat ayam hutan berada di jalan.
Selanjutnya kawasan dengan pepohonan yang mulai berkurang sehingga Gunung Baluran tampak lebih jelas.
Rambu menunjukkan bahwa kami sudah hampir sampai di tujuan, yaitu pusat taman yang disebut Bekol. Beberapa bangunan kelihatan, perkantoran dan penginapan. Ada juga villa yang terbuat dari kayu bergaya rumah panggung khas rumah-rumah perhutani peninggalan Belanda.i
Mendekati kompleks itu tiba-tiba kami mendapati pemandangan alam terbuka yang sangat luas. Inilah kawasan Savana yang menjadi habitat banteng. Banteng adalah ikon wisata taman ini. Kami turun untuk menikmati pemandangan yang sangat indah dan udara yang nyaman ini. Tampak latar belakang G Baluran yang runcing. Kami juga menaksir-naksir tinggi gunung itu serta membayang-bayangkan trekkingnya. Kira-kira tinggi gunung ini 2000-an mdpl saja. Tetapi melihat gerigi lerengnya sepertinya tidak mudah untuk didaki, lagi pula nama gunung Baluran juga tidak populer.
Matahari hampir tenggelam di balik gunung, saya mengambil momen itu tak ingin kehilangan setiap menit dari suasana petang yang indah ini. Banyak orang berf oto-foto dan memandangi keindahan lokasi ini.
Tetapi kami tidak bisa terlalu lama di sini karena tujuan utama hari ini adalah Pantai Bama untuk melihat suasana sunsetnya walaupun pantai itu ada di sebelah timur. Dan akan melihat sunrise untuk esok harinya. Mata saya mengelilingi semua tempat berharap melihat satwa yang ada di sini. Kami melihat sekawanan rusa warna coklat di kejauhan. Tampak juga dua ekor burung merak sedang merunduk seperti sedang makan rumput.
Tidak lama kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Bama. Lima belas menit kami sampai setelah memasuki kawasan hutan jarang dengan tumbuhan pohon bercabang bonsai berwarna keputihan berdaun kecil, cantik. Sementara pohon palm sejenis pohon lontar menyebar tinggi menjulang. beberapa pohon sudah tidak berdaun dan pucuknya tumbuh seperti bunga keras berwarna sama dengan batangnya mengurai kekiri-kanan memenuhi pucuk pohon yang gundul. Sepertinya pohon itu menunjukkan bahwa dirinya adalah pohon yang tak pernah mati oleh panas yang sepanjang tahun.
Sampai di tujuan, pemandangan pantai di balik hutan belukar. Di pantai ini juga terdapat beberapa bangunan perkantoran serta rumah dinas. mengelilingi halaman parkir yang luas. Beberapa kendaraan sudah berada di sana termasuk minibus yang tadi bertemu di Bekol. Kami langsung ke pantai mengejar waktu sebelum gelap.
Sisa-sisa cahaya matahari lembut. pohon bakau tampak sangat rimbun menghijau menutup tepian pantai.
Air laut sangat tenang dan suara ikan-ikan kecil berkecepukan di air yang dangkan dan jernih. Ada dua perahu kecil tertambat. Sepertinya jarang digunakan. Tetapi ini cukup menambah keindahan tempat ini.
Hari mulai gelap dan perut mulai lapar. Ada kantin di sudut. Bangunan kayu dan bambu yang rapi dengan sirkulasi udara yang tampaknya nyaman.Kami ke sana mengisi perut sambil berpikir menginap di mana. Sehabis solat magrib di musola kami memutuskan menginap di lokasi ini. Ada satu tempat yang masih kosong yaitu semacam villa, dengan sewa Rp 200.000.00 satu malam.
Ternyata villa itu letaknya agak terpencil di kelilingi semak dan pepohonan walaupu viewnya langsung ke laut.
Ah tidak mengapa itung-itung uji nyali kata saya lalu kami ke sana. Begitu dibuka pintunya, puih panasnya udara dari dalam dan pengab baunya. Lantai kayunya berdebu dan kelihatannya lama tidak ditempati. Saya berani katakan tidak. Lalu saya minta pada petugas lebih baik kami diperbolehkan tidur di kantor dan menggelar tikar demi kenyamanan. Setelah bernegosiasi cukup lama sehabis solat isya saya diberitahu adik bahwa kami diijinkan tidur di rumah dinas penjaga tetapi tiket sewa villa tidak bisa ditawar. oh lega rasanya.
Rumah dinas ini cukup luas. Ada dua kamar tidur satu ruang kantor lengkap dengan kursi tamu.
Kami menyatu dengan penjaga taman yaitu dua pria dan seorang mahasiswi jurusan Biologi Universitas Gajah Mada yang sedang melakukan penelitian. Kami ngobrol di teras tentang situasi di hutan Baluran. Tentang adanya harimau kumbang, ular kobra dan binatang berbahaya lainnya. Karena itu kami tidak diizinkan berkemah dan harus menginap di villa.Sementara kami mandi bergantian adik saya membuat teh dan kopi di teras juga merebus mie. Terasa seperti sedang berkemah juga, kami bercerita lagi dan bercanda sementara komplek ini berada di lokasi yang jauh dan terpencil di tengah hutan. Yang pasti suasana malam ini menghangatkan mereka yang ada di sana yang kesepian setiap malam. Apalagi setelah jam sebelas lampu harus dimatikan. Ya di sini semua penerangan menggunakan genset bukan listrik.
Tetapi justru ini lebih menguntungka karena kami bisa mengintip suasana terang bulan di luar.
Dan benar, tampak ada setitik merah seperti bara. Saya berpikir itu nyala dupa, Tetapi ternyata itu bulan yang muncul di permukaan laut. Bagusnya, kami pun berlari ke pantai untuk mengambil gambar.
Hei penjaga taman pun datang dan ikut mengambil gambar pula.
Saya mulai mengantuk,sebelum jam sebelas kami sudah bergegas tidur karena kami tidak ingin kehilangan momen matahari terbit.
Jam setengah empat kami semua sudah bangun, mandi lalu solat subuh. Dari jendela tampak fajar menuju sudah menyingsing. Kami segera ke pantai terus menerus mengamati cahaya di horison. Pandangan kami tertuju ke arah cahaya yang paling terang di sebelah kiri. Eh ternyata mataharinya tertutup awan dan lambat laun menyembul di bagian tengah. Ya sudah terbit dan bercahaya. Tetapi masih beruntunglah dia masih tetap dalam katagori sunrise yang indah. Karena di dampingi siluet awan-awan yang lucu dengan latar cahaya kuning keemasan.
Pasukan kera mulai berlompatan turun dari pohon. Ternyata di atas villa kami yang tertinggalkan di pohon dan di atap kera berlompatan dengan suara berisik. Bisa dibayangkan bagaimana seandainya kami tidur di sana. Bisakah kami tidur? Ada sepasang kera turun dari pohon. Sang induk berjalan sambil menggendong anaknya. Mereka kemudian duduk di pasir sambil yang hanyat oleh sinar matahari. saya tertegun melihat mereka seperti keluarga kecil yang bahagia. Sang induk mendudukkan anaknya di depannya lalu mencium dahi dan wajah anaknya setelah itu membelai-belai kepalanya sementara sang jantan duduk di sebelah kiri betinanya sambil memandangi anaknya juga. Apa yang dibisikka ibu kera itu di telinga anaknya, kemudian anaknya rebahan di pangkuan ibunya seolah meminta sang ibu terus membelainya. Keluarga ini ya mungkin yang patut disebut keluarga yang sakinah mawaddah warohmah.
Saya tidak bisa melupakan pemandangan itu, mereka kera yang lembut hati dan penuh cinta kepada keluarganya. Satu sama lain mengasihi yang sesungguhnya.
Kami menggelar tikar dan bersiap memasak. Satu dari kami mengawasi situasi dengan tongkat siap di tangan, berjaga-jaga karena para kera sudah mengintai dari segala penjuru.
Kami mulai memasak instan. Nasi, telur dadar, nuget dan ada juga mie goreng dan mie rebus. Standar backpakeranlah. Ngeteh, ngopi dan cemilan. Syukurlah si kera pada menjauh melihat orang memasak. Ternyata masakan ini tidak menarik minat mereka.
Selesai beres-beres, sesuai rencana kami berjalan kaki kembali ke post Bekol kecuali yang nyopir. Sepanjang jalan tak henti-hentinya kami menikmati panorama dan mengambil foto. Sampai di post Bekol satu jam kemudian. Matahari sudah cukup panas.Kami ke menara pengintai tetapi pada siang ini tidak ada binatang yang tampak kecuali kerbau liar dan burung yang berterbangan dari pohon ke pohon.
Setelah puas, perjalanan dilanjutkan. Kali ini tujuannya ke objek wisata Taman Suruh. Taman dengan kolam renang dari sumber air alam yang sangat segar dan tak berbau. Ada beberapa kolam di sini dengan tiket masuk berbeda. Kami mengambil kolamVIP. Karena perawatan kolam ini ekstra bersih dan nyaman. Ternyata keadaan kolam ini belum berubah dari kedatangan kami pertama kali lebih darilima tahun lalu.
Tak sabar menunggu lagi kami langsung terjun dan brrrr, dingin sekali. Kami perlu adaptasi dulu jadi kami naik lagi, bergerak-gerak sebentar di air, selanjutnya uji kemampuan lagi hahahah sampai lemes.
Belum puas rasanya tetapi waktu sudah habis dan taman tutup setengah jam lagi yaitu pukul 16.30. ya sudah kami bergegas pulang ke Bali dan jam 23.00 WITA sampai di Tabanan lagi; Sangat menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar