Anatoliaku
Waktu itu musim dingin membekuKita berjalan tergesa melewati jalan panjang di hutan kecil itu
Pepohonan tak berdaun merangas seperti pasukan sedang mengepung
Lalu kupegang erat tanganmu membawamu berlari menembus gerimis salju
Anatoliaku
Kita mulai membeku lalu kamu menangis di dadaku
Lubang pohon itu tidak cukup untuk kia berdua
Engkau menggulung di situ dengan menggigil
Mata birumu kehilangan cahaya memanggilku dengan pilu
Anatoliaku
Kini musim panas bersemi dan burung-burung camar terbang melayang di atas air
Masihkah kau ingat kapal-kapal yang melintas di Selat Bosporus?
Dan lembah serta perbukitan kota tua itu? Bukit-bukit kerucut itu?
Katamu manusia tidak berbeda dengan semut di sana
Manusia purba membuat lubang untuk tempat berlindung mereka
Dari kejamnya musim dingin.
O Anatoliaku
Musim dingin telah berakhir bagiku, kulepaskan pelukaanmu dan
Kutinggalkan jiwaku di dadamu
Jika badai salju itu tiba jiwaku akan melindungimu Bertahanlah walau aku tidak lagi di sana
Api cinta itu akan terus membakar kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar