Hatiku rinai juga di antara duka dan lara
aku telah menuliskan kekecewaan
dalam kejujuran yang menyakitkan
Berderai tangis di dada, mengendap terbata-bata
ketika kalimat-kalimat itu kutuliskan
aku telah berkhianat pada emosi jiwaku
yang bergelora di setiap nafasku
Ini bukan untukku
Aku cukup tahu mana untukku
jalan di depan tidak sejengkal, sepanjang keinginanmu
dan tinggal sedepa di depanku
Tetapi aku bahagia karena dadaku busung oleh rasa cinta
Setelah Purnama |
Saya tulis puisi ini menyusul pesan seorang teman yang membuat saya ikut bersedih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar