Bahwa romantisme ini mengalir begitu deras dari mata air jiwa yang tidak pernah surut.
Manakala saya mengenang satu zat, saya seperti selalu terbangun dari tidur. Tersenyum di bawah bayang bulan dan tertawa menentang matahari.
Masih adakah dia di dunia ini? Jika zat itu tak ada, hidup saya kehilangan warna . Hanya mengikuti perjalanan waktu sampai senja tak tersisa.
Hidup adalah warna, bukan hanya hitam dan putih. Hidup dimulai dari kegelapan di goa garba menuju cahaya aneka warna dan pada akhirnya segalanya memudar dan tinggallah menjadi putih.Isn't?
Belahan jiwa manusia ada di antara gugusan warnanya.
Hanya saya yang tahu, hanya saya yang merasa begitu. Biarlah, ini rahasia semesta. Takdirlah yang membawa saya menuju romantisme Perasaan yang tumbuh di sela-sela duri, dan bersemi di antara bukit kebencian.
Saya senang bekerja di sini |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar