Senin, 30 Januari 2012

Foto dari Eva




Ini foto wisata di Nusa Lembongan yang baru saya terima dari keponakan di Jatim.

Sabtu, 28 Januari 2012

Hujan Turun lagi Malam Ini

Kawan, dengarkan deru hujan malam ini, ditingkahi guntur dan hembusan angin yang tak ada hentinya. Semua menekan dan mendesak dada. Serasa saya hidup sendiri di bumi ini.
Adakah selain saya yang merasakan sedih seperti ini? Siapakah dia? Akan saya tanyakan kepadanya bagaimana cara mengganti rasa itu.
Apakah kesalahan saya kali ini adalah kesalahan terbesar sehingga saya harus menerima hukuman seberat ini. Saya terlontar ke masa lalu, saat duka menikam dada.

Untuk apa saya hidup jika tidak ada gairah lagi. Semangat seakan perlahan padam meskipun naluri untuk bertahan masih ada.
Kawan,
Hujan terus mencurahkan airnya dari langit. Menumpahkan segala yang ada di sana sehingga malam ini penuh dengan imajinasi tentang hujan.

Dan setiap kali hujan turun saya selalu teringat teman kecil saya. Banyak kenangan yang bisa membuat saya tersenyum tetapi banyak juga yang bisa membuat saya menangis.
Suatu harmoni citarasa yang luar biasa bagi saya.

Kamis, 26 Januari 2012

Yesterday and Today

Hanya berburu sunset dua hari saya nekat, bahkan hari ini permisi pulang kerja duluan. Kali ini dapat jepretan. Sayang tidak memuaskan juga. Cuaca berawan kemarin membuat saya penasaran untuk mengulanginya hari ini. Sayang, Suasana Tanah Lot sore ini ramai sekali. sangat tidak bisa menikmati keindahan. Ditambah angin yang bertiup kencang tak henti-hentinya mengganggu.

Jadi saya melihat-lihat sebentar, beli beberapa barang lalu pulang.
Menikmati jelang malam di jalanan mengasyikkan juga. Senyuman bulan sabit lebih tajam daripada kemarin. Jauh darinya bintang kejora menatap bumi dengan mata indahnya.
Mereka bisa menjadi kawan yang setia sepanjang zaman.

Karena matahari yang kupuja juga ingkar janji. Genap satu bulan sejak hujan deras 25 desember matahari tak lagi menjadi teman yang setia menghangatkan bumi.

Selasa, 24 Januari 2012

Jurang Pemisah


Di antara dua tebing tinggi yang mengapit Lembah Harau dekat Payakumbuh, seperti itulah posisi saya berdiri. Di ujung sebuah tebing saya hanya bisa melihat seberang sana dalam fatamorgana. Pemandangan di seberang itu menyesakkan dada saya kini, karena tak ada satupun jalan untuk sampai kepadanya.

Tetapi....
Biarlah jurang pemisah ini mengajari saya bagaimana saya harus lebih kuat dan tidak terjatuh.

Setiap permulaan itu sulit. Begitu kan kata orang? Ya. Sangat sulit, ketika batas antara akhir dan permulaan tidak ada. Hanya waktu yang akan bisa memangkas kesulitan itu. Saya harus yakin, bisa.

Minggu, 22 Januari 2012

Tirtha Empul Tampak Siring




Hari ini perjalanan kami adalah jalan-jalan ke Denpasar, ke rumah adik dan mengantar Bu Luky Herawati ke Sukawati dan ke Tampak Siring. Hari ini hari baik bagi Umat Hindu untuk melakukan ritual menjelang Hari Raya Galungan, sehingga Pura dan pemandian Tampak Siring ramai dikunjungi umat Hindu. Mereka bersembahyang di pura dan mandi di kolam pancuran bersama-sama.
Dengan seorang pemandu wisata kami melihat sumber mata air yang sangat jernih. Sumber mata air itu tidak terlalu besar sehingga aliran air keluar kolamnya lembut dan perlahan.Dasar kolam itu ditumbuhi lumut dan paku-pakuan air yang mirip dengan hiasan di akuarium.
Begitu bening dan teduhnya sehingga bayangan benda sekitarnya tampak seperti aslinya.