Minggu, 27 September 2015

Musim Itu



Musimku tak akan datang lagi kekasihku
kemarau panjang ini menerikkan segala pikiranku
hanya derik serangga musim panas dan kersik reranting
memenuhi ruang waktuku
aku rindu datangnya musim itu
saat daun-daun bersemi dan menghijaukan ladangku
ladang penuh cinta dan gelora yang kita bikin dari tetesan embun dini hari

Musim itu sudah berlalu kekasihku
Kini hanya debu yang berkeliaran menyesakkan dadaku
di sini aku tak perlu waktu untuk menunggu musim itu
karena tak akan ada musim yang sama untuk kedua kali
perubahan ini telah menjadi kekekalannya

Berada dalam satu musim itu menandai bahwa hidup ini sempurna
menggenggam tanah, pasir, matahari bulan dan bintang
meraup air meredam api dan menangkap angin
di setiap waktuku, di setiap helaan nafasku
Musim itu mengentaskan aku dari lumpur penderitaan
yang tak pernah kuduga bisa terjadi seperti ini
Aku bisa melupakannya tanpa membunuh ingatanku

Musim itu telah memberi ruh baru dalam ragaku
membentangkan  lembaran baru rasa dan jiwaku
dengan cinta
memusnahkan bukit-bukit kebencian
menenggelamkan gunung kedendaman
jika ada air mata, itu bukan lagi tangis penderitaan
hanya tangis kerinduan untuk musim itu.








Sabtu, 19 September 2015

Selamat Berhari Minggu


Selamat berhari minggu pembaca, nikmatilah hari Anda sebab berhari-hari kita sudah menunggu datangnya hari ini. Saya di rumah saja menghabiskan banyak waktu untuk tidak melakukan aktivitas selain tidur he he. Dan kini baru saja bangun untuk makan siang dan ngopi.
Sebelum kopi saya habis di pintu gerbang tiga cucu kecil saya berlarian masuk dan menyapa "Hai!" sambil melambaikan tangan pada saya yang melihat kedatangan mereka dari jendela atas. " Hai welcome!" Saya menjawab. Sejenak keheningan suasana jadi sedikit ribut dengan suara anak-anak.

Beginikah kenikmatan hari tua, sementara beberapa saat lalu ada sebersit rasa geregetan oleh sikap kakek mereka yang tidak kunjung membaik. Atau mungkin saya yang terlalu berharap untuk perubahan yang harus terjadi di hari tuanya. Apa itu? Memutuskan ketergantungannya pada orang lain, menghentikan sikap pelitnya terutama untuk diri sendiri.
Saya sering kesal walaupun saya tahu dia takkan berubah. Saya jadi sering berpikir kalau saya ingin memberinya pelajaran dengan hanya berpikir untuk diri sendiri.

Ah sudahlah, kami sudah melewatinya lebih dari tiga dekade. Jadi kalau saya sekarang menggerutu itu percuma. Sudah bisa melaluinya selama itu apa harus merasa berat untuk waktu-waktu yang tersisa. Bisa-bisa semua yang terjadi selama itu juga musna tidak ada manfaatnya.
Semua ini adalah suratan. Pada awal perkawinan siapa yang bisa tahu apa yang akan terjadi dalam perjalanan selanjutnya untuk hal-hal yang berkaitan dengan karakter pasangannya. Karakter yang sesungguhnya dari pasangan kita baru akan kita ketahui setelah kita melampaui hari-hari panjang dalam segala persoalannya.
Tetapi saya harus adil dan jujur untuk mau mengatakan bahwa pasangan saya orang yang pandai dan berpendidikan. Karena iyulah orang lain selalu mengira bahwa ia orang yang sangat bertanggung jawab.
Semua mengira bahwa kami keluarga yang sempurna.
Baguslah, cita-cita para leluhur memang menjadi kenyataan. Anak-anak saya tamatan sekolah negeri sampai universitas. Bahkan anak pertama saya mendapat beasiswa ke Universitas Indonesia dari kementerian ESDM tempat ia bekerja. Mudah-mudahan si bungsu juga menyusul, LAPAN akan mengirimnya untuk belajar. Saya pernah mendengar anak saya berbicara tentang hal itu.
Dan biarlah anak kedua saya mengurus anak-anaknya sampai mendapatkan lagi pekerjaan yang sesuai.

Wah si kecil nampaknya sudah pada tidur siang. Hening kembali suasana rumah ini. Hanya suara angin yang gemerisik meniup daun-daunan di halaman.



Rasa Syukur

Rasa syukur ini bersemi dan bersemi setiap waktu, pagi kala cahaya merekah dan senja ketika lembayung mulai merona. Sekalipun saya tahu bahwa waktu sudah jauh berjalan melewati semuanya, masa depan masih punya harapan. Harapan yang tumbuh dari benih-benih tertanam di hati anak-anak saya.

Saya senang mendengar suara telefon dari kedua anak saya dua hari ini yang mengabarkan banyak perjalanan dinas mereka ke berbagai tempat.
Dan hari ini Sulung saya mengabarkan sedang transit di Singapura untuk perjalanan ke San Fransisco dan selanjutnya ke beberapa negara bagian di Amerika Serikat. Tetapi ketika yang diulang-ulang adalah permintaan doa keselamatan saya jadi terus berpikir dan menunggu berita selanjutnya. Namun sampai malam ini belum ada kabar darinya. Dia berangkat sendiri setelah patnernya mengalami musibah orang tuanya meninggal sebelum hari keberangkatannya.
Hari-hari ini kami juga menunggu Bungsu yang akan datang untuk liburan di Bali dan berwisata dengan teman-teman lamanya ke Nusa Penida.  Ini biasa bagi orang-orang yang di atas saya tetapi ini cukup menyenangkan bagi orang seperti saya.Terlebih jika melihat mereka, kawan-kawan saya yang harus bersusah payah dengan berbagai upaya untuk keberhasilan anak-anak mereka. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang kecewa terhadap anak mereka.





Sabtu, 05 September 2015

Secercah Kehangatan Hari Ini



          Yang tidak saya punya adalah rasa sabar. Ayah saya dulu pernah mengatakan bahwa saya keras hati. Saya ingat waktu itu saya sedih dikatakan begitu dan berpikir sifat saya buruk di antara saudara-saudara yang lain. Saya hanya diam dan terus berpikir. Karena dalam kenyataannya saya selalu menjadi yang terkelahkan, sejak saya kecil sampai saat ini. Apa yang sudah diberikan kepada saya jika ada adik saya menginginkan saya harus mengalah dengan kesadaran atau terpaksa. Saya tidak pernah boleh menolak.
Peristiwa begini sudah berkali-kali begini.
Pengalaman ini ada baiknya menjadi pelajaran berharga buat saya. Saya tidak lagi terlalu menyintai benda.
Benda kesayangan harus saya anggap sebagai benda biasa sama dengan benda lain. Saya tidak mau lagi melihat benda benilai seni dan budaya tinggi sebagai benda istimewa apalagi ingin memilikinya.
Sebenarnya banyak benda bernilai tinggi di rumah saya, mebel jepara antik zaman Belanda, keramik cina zaman dinasti Ming, Perabotan meja makan buatan Belanda tahun 1800 M dsb.
Benda-benda itu sebagian sudah keluar rumah dan bertebaran menjadi penghias beberapa rumah lain.
Terkadang saya terganggu melihatnya lagi di tempat lain. Ada pilu menyayat karena benda itu masih cocok menghiasi rumah tua.
Saya ingat ketika ayah meminta saya membayar satu set kursi tamu antik saudara saya marah dan membayarnya dengan harga rendah.
Bersyukur sampai saat ini saya bisa menahan diri membawa apapun benda bernilai dari rumah. Saya katakan saya sudah menganggapnya sebagai benda biasa. Untuk memenuhi keinginan memiliki mebel saya membuat duplikatnya. Begitu juga dengan perabot saya mebeli tiruan yang mirip. Entahlah saya memang menyenangi benda-benda peninggalan nenek di rumah tua itu. Memang ada satu set kursi tetapi yang saya bayar tetapi sebenarnya kursi itu dulu kursi usang yang saya rawat dan ayah mengijinkan saya memiliki. Sempat adik saya mempertanyakan tetapi ayah sudah menjelaskan bahwa ayah meminta saya untuk membayarnya. Sekarang saya berpikir seharusnya saya tidak melakukannya. Kursi itu kondisinya sudah tidak kokoh lagi tetapi kecantkannya bagiku tetap mempesona.

Pembaca, kembali pada satu hal yaitu kesabaran. Kemarin saya marah kepada anak kedua saya hanya sebab ia mengabaikan apa yang saya katakan. Menganggap sepele apa yang menjadi kepentingan orang lain seperti kebiasaannya menunda dan menyepelekan pekerjaannya. Saya terus berpikir masalah kecil dan besar banyak datang darinya. Sebenarnya ada penyesalan juga marah karena soal kecil. Sepertinya kemarahan ini terlontar dari tumpukan kekesalan atas banyak tindakannya yang tidak pernah menyenangkan orang tuanya. Meremehkan.
Bersyukur, Sulung saya menelepon mengatakan akan ke Sanfransisco, Pasadena dan Nevada untuk suatu tugas  dari kementerian ESDM minggu depan. Ia selalu memberitakan hal yang baik tentang pekerjaannya, kami selalu berhubungan dengan yahoo messenger jika ia berada di luar negeri. Minggu lalu Si Bungsu juga mengatakan akan bersama saya ke puncak B29 pada liburab Idul Adha serta berhari raya di rumah keluarga di Banyuwangi.

Sebenarnya saya masih ragu tentang adanya keluarga yang sempurna. Seperti apa kesempurnaan itu sangat sulit mengukurnya. Jika ada keseimbangan antara senang dan susah itu sudah cukup. Keseimbangan ini sudah memberi keadilan bagi hidup saya.
Semoga Allah selalu menjaga anak-anak saya dan menjadikan mereka orang-orang yang berguna bagi orang lain dan tentu didekatkan pada ketakwaan. Amin












Selamat Berhari Minggu


Selamat siang, selamat berhari Minggu.
Memang bukan waktunya minum kopi tetapi secangkir kopi ini cukup membangkitkan semangat hari  ini. Hari di rumah sepanjang waktu menyelesaikan perangkat mengajar yang gak selesai-selesai ini. Banyaknya perangkat, rumitnya koordinasi antar perangkat mulai dari kalender, silabus kriteria ketuntasan, Rancangan Pelaksaan, Rancangan penilaian dsb. yang menjadikannya tak kunjung selesai.
Tetapi terima kasih Tuhan, saya senang mengerjakannya. Saya kelihatan sibuk dan terpenting waktu yang saya lewati menghasilkan sesuatu. Bisa menghindarkan diri dari rasa tidak berguna dan bisa tetap menggerakkan otot-otot kecil saya.
Seharusnya pekerjaan saya lebih keras dari ini. Karena sekarang saya bekerja di sekolah yang tidak luas arealnya sehingga hanya perlu sedikit mobilitas. Sedangkan tempat kerja yang sebelumnya memiliki area sangat luas dengan kontur tanah tinggi rendah sehingga sangat membantu untuk menggerakkan otot-otot setiap hari.

Pembaca, pada suatu saat nanti ketika Anda berada pada posisi ruang dan waktu saya, Anda baru akan menyadari betapa berharganya waktu yang sudah terlewati. Dan kini ketika waktu terasa kian sedikit masih banyak yang ingin kita kerjakan. Apakah waktu kita akan cukup? Sementara otot-otot kita tidak terlalu kuat lagi untuk mengimbangi kekuatan keinginan kita. Sementara untuk mendapatkan penghargaan orang sekitar diperlukan upaya tertentu. Menjadi orang biasa sulit untuk berexpectasi pengakuan jati diri kepada orang lain. Hanya dengan kemampuan dan kemandirian orang biasa bisa mendapatkan kehormatannya.
Senyampang muda hargailah waktu, dapatkan sebanyak mungkin apa yang baik untuk Anda.

Barangkali saya terlambat menyadari, tetapi kesadaran ini telah memberi semangat baru saya untuk menebus waktu saya yang terbuang tanpa hasil yang baik.
 Baiklah, selamat berhari minggu.


Tidak lama untuk Menjadi Merah lalu rontok