Selasa, 28 Juli 2015

Musim Berganti

Musim dingin akan berakhir, hujan semalam sudah membasahi segala benda yang ada. Tanah, rerumputan daun dan bunga-bungaan. Ada seekor kupu-kupu hitam nekad mengitari bunga dalam hujan gerimis. Terbang berpindah dari satu bunga ke bunga yang lain lalu terbang meninggi dan menyelinap di pepohonan.
Hujan ini memang rahmat bagi semua makhluk. Hujan ini hujan pertama musim yang akan datang sehingga kesejukannya sangat berguna untuk meredakan ketegangan pada hati manusia. Mereka, para petani dan peladang tentu merasa lega dengan hujan ini. Juga tanah gersang yang tak lagi mampu menyediakan air bagi manusia mungkin tersenyum menyambut harapan yang sudah membayang di dekatnya. Walau ada yang mulai resah dengan datangnya musim hujan yang akan datang tetapi mereka masih bisa menikmati bahwa hujan ini adalah rahmat.

Pembaca, pemandangan di sini menyegarkan mata. apa yang kita lihat seperti bayi yang baru dimandikan. Bersih tak berdebu, dan dedaunan tampak seperti baru bersemi. Bunga dan dedaunan kering sudah berguguran. Sebagaimana siklus hidup bahwa yang tua akan tergantikan oleh yang muda karena jika tidak pa yang akan kita lihat, kerapuhan. Sedangkan kehidupan itu ada adalah karena adanya semangat. Dan kesinambungan itu harus terjadi dengan baik, kuat dan stabil.


Jumat, 24 Juli 2015

Keikhlasan

Walau saya merasa segalanya banyak berubah, tetapi tidak terjadi perubahan pada satu hal yang selalu membuat saya berpikir, keuntungan apalagi yang masih diharapkannya setelah berpuluh tahun saya menjadi objek untuk keuntungannya. Hidup saya mungkin secara finansial akan lebih baikjika tanpa dia. Saya tidak mengharap jaminan hidup di luar hasil kerja sendiri tetapi saya juga tidak nyaman hidup begini.
Saya sudah merasa tidak pantas untuk memikirkan banyak hal dan mengerjakan semuanya. Bukan karena capek tetapi lebih merasakan adanya ketergantungan sesuatu di kedua pundak saya.

Seandainya saja ada keseimbangan antara banyaknya pekerjaan yang saya lakukan dengan kondisi daya dukung yang seharusnya mungkin tidak akan terasa berat.
Tetapi kondisi yang tidak berimbang ini yang menjadi rantai bola besi yang menyakitkan di kaki saya.
Saya memang sering menyadari bahwa mengharap perubahan diri orang lain itu mustahil, karena itu saya harus menesuaikan diri, artinya saya harus bisa menerima kondisi apapun termasuk menguntungkan hidup orang lain dengan merugikan diri sendiri. Kemerdekaan jiwa saya habis.

Sudahlah, berpuluh tahun telah terlewati. Dan keberuntungan lain sudah cukup saya miliki, saya berharap semangat hidup saya tidak akan surut walaupun langkah saya semakin berat. Saya percaya rezeki saya masih mampu mengairi kebun kami dan menyemaikan keikhlasan saya.


Minggu, 05 Juli 2015

Ramadhan Tahun Ini

Surya tenggelam di antara awan jingga memberi gambar yang selalu indah untuk dinikmati. Seperti senja kemarin cuaca berangsur-angsur meredup. Musim dingin bulan Juni mengelabuhi kita dengan mengeringkan semua sel dan persendian kita. Ramadhan tahun ini memang tidak terasa berat karena cuaca yang berdamai dengan sejuknya tiupan angin pada siang hari, sekalipun matahari cukup terik.
Namun udara dingin yang menggigit seperti membuat kaku otot dan persendian pada malam hari terutama pada saat makan sahur di beranda belakang.

Tidak terasa sudah tujuh belas hari puasa berlangsung dan beryukur kami semua sehat dan saya juga masih bersemangat ibadah tarawih dan membaca alquran. Saya berharap tidak ada satu hari yang akan terlewati tanpa semuanya. Semangat saya sangat beralasan, kehadiran ibu saya di rumah kami sangat menyenangkan saya. Walaupun terkadang saya mungkin tidak menyenangkan karena sering mendikte dan menegur tentang hal-hal yang tidak seharusnya ibu lakukan. Ibu saya 80 tahun, seharusnya saya bisa mengerti dan memahami bahwa ibu sudah banyak lupa dan sering berperilaku seperti anak-anak.
Tetapi saya sungguh bahagia saat berbuka, tarawih dan minum kopi sesudahnya sambil ngemil bersama lalu sahur dan semuanya penuh canda. Candaan selalu ada dan itu bermula dari bagaimana saya harus memanjakan ibu dan melayaninya seperti saya melayani kanak-kanak, membujuknya supaya menghabiskan semua yang saya sajikan dipiringnya. Saya sering bercanda kalau ibu tidak menghabiskan makanannya saya tidak akan membuatkan kopi atau saya katakan kalau tidak habis nasinya nanti ayamnya bisa mati. Lalu kami semua tertawa, ibu bilang seperti anak kecil saja dibohongi. Di situlah bagian dari kegembiraan Ramadhan tahun ini. Lagi pula kali ini anak kedua saya dan seorang cucu juga ada di sini selama liburan sekolah ini.

Tetapi saya sering sedih dan menyesal jika saya hilang kontrol ketika ibu selalu mengulang-ulang ceritanya atau selalu menyebut adik bungsu saya. Beliau tidak menyadari bahwa kecintaannya kepada si bungsu yang berlebihan itu membuat ibu lupa si bungsu itu terlalu manja dan mengabaikannya. Itulah sebabnya kami sepakat memisahkan sementara waktu agar keduanya saling menyadari dan si bungsu tidak selalu ada dalam bayangan ibu dengan harapan ia bisa segera mandiri dan menata hidupnya.

Rabu, 01 Juli 2015

Tak Ada Lagi Rasa Kesal

Saya seperti sudah faham dengan ini. Jadi saya tidak lagi kaget dan terpukul seperti yang seharusnya saat mengetahui persisnya apa yang sebenarnya sedang berjalan.
saya yakin untuk hal itu pasti ada yang menjadi kambing hitam atau setidaknya menjadi objek pembicaraan untuk melengkapi percakapannya. Yaitu saya.

Tololnya jika masih ada yang tertipu dengan tipuan lama itu. Seandainya angin bisa memperdengarkan cerita di sini dan langit bisa mempertontonkan yang terjadi di sini, saya pikir kenyataan tak akan bisa membatalkan kehendak itu.Pada dasarnya setiap perbuatan itu adalah tanggungjawab individu bukan atas dasar orang lain. Sungguh menggelikan membuat suatu kesalahan dengan mencari alasan atas kekurangan orang lain.

Kini saya melihatnya lucu saja. Bersyukurlah pengalaman buruk yang lalu itu tak menjadikan rasa sakit lagi. Luka lama saya sudah final tak ada yang perlu saya rasakan lagi. seperti apa yang dikata orang, bahwa luka lama yang tertoreh lagi itu lebih menyakitkan, tak terjadi pada saya.
Aneh saya justru tertawa, seperti saya sedang melihat anak-anak begitu memilukan kehilangan pegangan terhuyung minta belas kasihan.

Beberapa saat saya memang kesal....tetapi saya pikir untuk apa. Kaki saya cukup kuat, tangan saya masih di atas, artinya saya bukan yang terkalahkan. Jadi saya tak perlu memberontak, kekasarannya hanya cermin ketidakberesan yang terjadi.
Saya berharap segalanya tetap baik-baik saja. Doa telah menguatkan saya, membesarkan rasa kesabaran dan keikhlasan saya untuk apa yang sedang berjalan.

jalan di Depan

Malam berlalu seperti pergi dan datangnya rembulan. Siapakah yang juga memikirkan bahwa peredaran malam itu sama halnya dengan perjalanan hidup manusia. Begitu cepat sehingga tidak terasa banyak peristiwa telah terlewati seperti terlewatinya pos-pos perhentian dalam perjalanan panjang. Perjalanan yang melelahkan namun banyak hal  yang kita dapatkan di dalamnya.

Dan jika awan hitam menutupi bulan, kegelapan menyelimuti hati kita. Tetapi itu tidak akanterjadi selamanya karena angin yang bertiup akan mengubah kegelapan menjadi terang. Dan itu pun tidak terjadi selamanya karena kehidupan sudah ditakdirkan untuk selalu berubah. Antara malam dan pagi ada batas yang samar sehingga kita tidak menyadari bahwa kita sedang memasuki batas perubahan itu.

Banyak hal telah terjadi dan sekarang saya berada di suatu tempat dalam suatu masa.
Saya mengira ini adalah pos terakhir. Tetapi pikiran itu salah, saya bahkan sedang memulai kehidupan baru. Saya belum bisa melihat jalan di depan. Mungkin di balik rumpun ilalang itu ada sesuatu yang tak terduga. Seperti ketika berjalan di lembah antara dua bukit semua yang ada di depan tak bisa ditebak.
Yang bisa dibaca hanya langkah demi langkah yang tak bersuara. Adakalanya kesunyian menjadikan rasa ragu dan takut melangkah, namun karena tidak ada pilihan selain terus berjalan maka keraguan dan ketakutan itu terkalahkan. Saya berharap begitu jika  harus terjadi dan bermohon Tuhan akan membukakan jalan menuju kemudahan dan kebaikan.
Amiin.