Sabtu, 29 Juni 2013

Perjalanan di Kota Makasar

Hari Pertama Jalan-jalan di kota Makassar
Jam 05.00 kami tiba kembali di Makassar .Perjalanan Palopo Makassar memerlukan waktu delapan jam. Jalur Palopo Makassar lebih ramai dibandingkan dengan jalur Toraja Palopo. Tetapi medan yang dilalui biasa saja. Sangat berbeda dengan medan Toraja Palopo yang penuh tikungan dan terus menerus menyisir dinding bukit di atas lembah-lembah curam.
Kami langsung mencari hotel yang ditunjukkan kawan di Palopo. Hotel Benhil di jalan Urip Sumoharjo Makassar. Nihil tidak ada kamar, lalu dengan angkot kami melanjutkan ke hotel Kamanre di jalan Perintis kemerdekaan. Bersyukur masih tersisa satu kamar tipe superior. Tetapi ternyata kamar ini sekelas dengan kamar standar . Kami sedikir kecewa tetapi apa boleh buat.







Setelah beres urusan hotel, kami langsung ke objek wisata taman kupu-kupu di Bantimurung , sarapan di sana dan ke situs purbakala di desa Leang-Leang kecamatan Bantimurung juga. Pada sore hari jalan-jalan di pantai Losari, lapangan Karebossi dan lewat saja benteng Rotterdam. Makan malam di rumah makan Konro Karebosi yang katanya paling terkenal di Makassar.
Sekarang saya istirahat di kamar menulis ini, sayang tidak ada sinyal uutuk internetan. Jadi sebentar lagi saya akan ke lobi di bawah untuk mendapatkan sinyal dan bisa memposkan tulisan ini.

Rabu, 26 Juni 2013

Sehabis Makan Malam di Rantepao

Ini Malam kedua di Tanah Toraja, hanya ada seorang bule yang masih tinggal di ruang makan ini yang masih menikmati makan malamnya. Seorang waitres sedang menunggu menghadapi laptopnya di meja dekat bar. Udara dingin sedikit terlupakan dihangatkan kesibukan para pelayan. Ada tamu check in, barangnya banyak sekali. Ketenangan sedikit terganggu.

Wisatawan itu makan begitu banyak dan sedikit mabuk ia memanggil pelayan dan meminta bon makannya dimasukkan ke bon sewa kamarnya. Tetapi pelayan itu mengatakan bahwa restorasi meminta makanan dibayar langsung." Ou, sekarang kamu hitung...berapa harus saya bayar..." Wisatawan itu berbicara dengan Bahasa Indonesia sepatah-sepatah, lalu pelayan memperlihatkan bill. " Seratus lima belas ribu!" katanya. Setelah membayar wisatawan itu meninggalkan ruang sambil mengucapkan selamat malam dengan lamban dan berjalan sempoyongan.


Ruangan sepi, beberapa pelayan bergabung, juga seorang guide, wah wah jadi meriah suasananya. Selanjutnya banyak obrolan seputar traveling yang menambah informasi banyak pihak.
Malam ini kami tidak keluar lagi. Sudah sangat capek oleh perjalanan sehari tadi, sedangkan besok pagi kami akan melanjutkan perjalanan ke Palopo dan malamnya langsung kembali ke Makassar.


Hari ini setelah sarapan tadi pagi kami mulai perjalanan ke pasar raya, maksudnya adalah hari pasaran yang terjadi satu kali dalam satu minggu. Pada hari ini pas pasar raya. Pada saat ini kegiatan jual beli ternak seperti kerbau dan babi dilakukan. Hal ini berpengaruh pada keramaian pasar juga. Selanjutnya mencari alamat teman kuliah suami yang sudah terpisah selama tiga puluh satu tahun, dan pencarian dua hari ini akhirnya berhasil, sayang teman itu sudah meninggal dan dikuburkan Januari lalu. Jadi kami hanya bisa melihat kuburannya di kaki bukit tidak jauh dari rumahnya.


Objek wisata yang kami kunjungi hari ini adalah Batu Megalitikum di desa Rante Karassik, kemudian ke kuburan batu Ke'te' Kesu' dan Londa.

Rumah Adat Tongkonan di kota Rantepau Tana Toraja


Menhir Megalitikum di Rantekarrasik Tana Toraja


Objek Wisasa Kuburan di Ke'te' Kesu' Tana Toraja



Kuburan Batu di Londa

Sabtu, 22 Juni 2013

Semangat Liburan....


Daftar kegiatan pada liburan ini sangat padat. Setelah pengumuman penerimaan murid baru pekerjaan dilanjutkan dengan penggandaan panduan MOS. Tahun ini jumlah siswa yang diterima bertambah dua kelas menjadi dua belas kelas. Penambahan ini disesuaikan dengan jumlah ruang kelas dan jumlah guru. Meskipun begitu jam menajar untuk setiap guru tetap belum bisa mencapai target 24 jam perminggu. Tak akan bisa dengan banyaknya guru baru yang berdatangan baik itu guru tetap, guru honorer daerah maupun guru kontrak. Mereka berlomba mencari pengalaman magang, dan itupun bukan gratisan melainkan mereka membayar juga puluhan juta.
Maaf pembicaraan ini keluar topik.




Sudah saya katakan saya perlu refreshing pada liburan ini. Maka selesai kerja tadi saya langsung ijin pada sekretaris bahwa saya akan meninggalkan tugas satu minggu. Senin saya akan mulai perjalanan saya ke Sulawesi Selatan diantar suami.Suami sudah beberapa kali ke sana untuk urusan dinas sebelum pensiun dulu jadi sekarang hanya sebagai guide saja.
Tinggal satu hari besok, tetapi belum ada kegembiraan saya. Tidak seperti perjalanan liburan ke Flores dan Sumatera lalu.

Semangat saya meredup, 22 Juni datang berkabut. Saya berharap semua akan baik-baik saja walaupun saya didera oleh pikiran tentang sebuah teka-teki yang panjang.

Jumat, 21 Juni 2013

Maafkan Kesalahanku Teman

Maafkan kesalahanku, hanya dengan permaafan aku akan mendapatkan kedamaian hatiku.

Pagi ini 22 Juni 2013
Empat tahun sudah berlalu, pengembaraan itu melalui lembah, jurang dan tebing juga puncak bukit keindahan.
Banyak orang bisa mengakhiri perjalanan dengan damai tanpa sengketa kenapa tidak bagi kita.
Saya ingin perjalanan kita meninggalkan jejak yang akan mengabur sendiri seiring perjalanan waktu.
Bertahanlah untuk tidak menghembuskan angin dan memaksanya han
cur lalu mencetak lagi jejak semu.

Kesempatan tak mungkin berulang sama. Karena ada keberuntungan dan kesengajaan. Yang telah terjadi adalah keduanya.
Satu hal yang merusak keduanya adalah kesombongan. Suatu saat kesombongan itu yang akan menghancurkan kita. Tak akan lagi ada kesempatan manis selama kita tidak bisa menghargai, selama kita tidak bisa memahami bahwa setiap orang itu membutuhkan penghargaan jati diri. Bukan pemaksaan pengakuan terhadap jati diri kita.

Bengawan Solo

Selamat jalan teman,
Pergilah dengan damai, di depan sudah menunggu titik yang  yang akan menghentikanmu. Di sana segala hidup dan cinta akan kamu temukan. Percayalah Tuhan  sudah membagi-bagi cintaNya dengan adil. Hanya kesabaran dan kesungguhan yang bisa menolong kita.
Semoga ini menjadi pesan terakhir yang tidak kamu abaikan.





Kamis, 20 Juni 2013

Beratnya Menahan Amarah

Hal yang paling berat saya lakukan adalah menahan amarah. Sangat berat, karena amarah itu sendiri sebenarnya merupakan akumulasi dari perasaan tidak senang.
Tetapi sudahlah, seiring pergantian waktu saya berharap amarah itu akan memudar dan berubah menjadi jalan saya untuk berintrospeksi. Boleh jadi segalanya akan menjadi awal kehidupan  untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Banyak kesalahan yang saya lakukan, karena saya tidak tahu bagaimana belajar tentang orang lain. Saya belum bisa memahami apalagi menyelami apa keinginan dan kemauan orang lain. Kini pengalaman mengajarkan kepada saya bahwa tampang seseorang hanyalah topeng. Topeng yang tampan dan cantik tidak bisa mengatakan bahwa yang ada di dalam akan sama bagusnya. Begitu sebaliknya topeng yang buruk tidak bisa mengatakan bahwa yang ada di dalam sama buruknya.

Banyak tipuan, tipuan di balik ketampanan, tipuan di balik tutur bahasa, tipuan di balik sikap dan lain-lain.
Sekali lagi saya harus berhati-hati, tidak semua orang harus saya  percayai. Saya akan mengambil sisi baik dari kemarahan ini.





Selasa, 18 Juni 2013

Tipuan di Spam saya

Beberapa hari ini saya kacau, halaman email saya disusupi email spam begitu rupa dan begitu banyak. Saya tahu itu hanya iklan tipuan. Namun frekwensinya yang tinggi cukup mengganggu.
Kesal sungguh kesal, mau balas alamatnya tidak valid, mau nyumpah-nyumpah juga  percuma, sama saja. Fuck!!!!
Barangkali itu kata yang paling tepat untuk melepas kemarahan saya.

Saya sudah cape bekerja, sedikit tertawa, sedikit makan trus mau  hiburan dg browsing ketemu  penipu itu lagi. Pembual dari mana itu juga tidak tahu. Saya berharap segera pengirimnya bosan dan tidak mengacaukan email saya.

Syukurlah malam ini ada komentar di postingan terakhir saya dari "Ayo Menulis" Saya terhibur dan sedikit tersenyum.

Minggu, 16 Juni 2013

Pernikahan Pedang Pora


Malam Minggu lalu lintas kota Denpasar padat. Beberapa jalur jalan yang kami lalui dialihkan sehingga kami memutar dengan jarak yang cukup jauh dan selanjutnya kami terlambat tiba di tempat tujuan, Hotel Oranjje dekat Sanur. Acara pedang pora sudah lewat. Saat-saat bisa menyaksikan dua pengantin melewati gawang dua bilah pedang melewati semua tamu. Tetapi bagus juga, ada untungnya kami kehabisan tempat karena kami dipersilakan menduduki kursi pagar ayu tepat di depan pengantin. Sementara para tamu lainnya selain keluarga besan dan pengiring hanya bisa menikmati prosesi melalui layar di luar ballroom.








Saat kami tiba sudah masuk ke acara hiburan dan tidak lama kemudian bersalaman dan makan. Saat bersalaman pengantin perempuan bertanya, "Bu Mas ga diajak?" Oo maksudnya si bungsu saya, "Ngga, dia jaga rumah." Jawab saya asal. Mas adalah anak bungsu saya yang semula akan dipasangkan dengan pengantin ini tetapi terlambat. Seorang perwira Angkatan Udara sudah meminangnya. Ketika anak saya belum memberi jawaban.




Pengantin ini adalah juga mantan murid saya yang sudah tamat lima tahun lalu dan sekarang bekerja di Bank Danamon Denpasar. Cantiiik dan berisi serta tutur katanya lemah lembut. Sampai di rumah saya bercerita pada si bungsu bahwa suaminya tidak begitu tampan. Anak saya cuma tersenyum. 

Jumat, 14 Juni 2013

Perempuan Tua dan Balita di Gendongan

Seorang perempuan tua menggendong balita yang sedang sakit turun dari boncengan sepeda motor di sebuah rumah sakit. Ia berkata pada suaminya
 " aku tidak mengerti bagaimana cara berobat di Rumah Sakit Umum, antarlah!"
Suaminya menjawab " Aku berpakaian begini."
 "Tidak apa kan,daftarkan saja."
Suaminya menjawab lagi dengan sengit,"Tetapi saya tidak mau."  Lalu melanjutkan, " Ambil nomor di mesin antrean, itu kelihatan." sampil menengok mesin antrean.
 "Tolong dong ambilkan saja, ini  bawa tas segala." Pinta istrinya.
 "Harus parkir juga, repot" suaminya mulai marah. "Ya udah." Akhirnya perempuan itu berjalan menuju mesin antrean. Seorang laki-laki  tua  menyalipnya lalu mengambil secarik kertas dari mesin antre kemudian berbalik dan menyodorkan pada perempuan itu tanpa bicara.
 " Untuk saya? Bapak gimana?  Ia belom mengerti.    
 " Saya sudah." Begitu saja jawab laki-laki itu dengan pandangan mata lega.
 " Terima kasih pak." Jawab perempuan tua itu dan memasuki ruang pendaftaran yang berjejal-jejal. Syukurlah ada satu kursi kosong.

Pertolongan lelaki tua itu tidak seberapa tetapi mengapa ia melakukannya tanpa diduga, dari mana ia melihat adegan buruk  perempuan tua dan balita yang digendongnya. Dan keberanian lelaki iti melakukannya saat suaminya belum meninggalkannya, adalah sebuah pertolongan yang menyembuhkan kecewa dan kekesalan atas terjadinya adegan tadi.
Terselip harapan agar suaminya bisa belajar kepada lelaki desa yang telah menolongnya itu. 




Hari yang Terlewati

Satu hari ini sudah terlewati dengan kesibukan di sekolah dan di rumah. Sehabis sarapan langsung ke tempat kerja. Di sana kawan-kawan sudah mulai kerja mengacip soal. Sedangkan tugas pokok saya baru besok yaitu mengatur ruangan tes dan penomoran meja peserta. Saya bergabung, ada waktu istirahat. Badan saya mulai terasa tidak nyaman ingin makan makanan pedas. Ketika seorang kawan mau istirahat makan di luar saya titip dibelikan tiga bungkus rujak pedas.
Nikmatnya kebersamaan ini, kami makan rujak bareng-bareng sambil ngobrol.
Jam setengah dua kami pulang setelah menghasilkan pengacipan tiga naskah, IPA, Bahasa Indonesia /Bahasa Inggris, lalu IPS.

Sesampai di rumah maunya istirahat namun batal karena sms dari tetangga bahwa ia perlu bantuan memasak untuk suatu acara besok.
Jam enam pulang, makan. Trus belanja di supermaket untuk besok. Waduh...setelah selesai semua kegiatan segera saya urut kedua kaki saya, lega banget. Semoga malam ini saya bisa tertidur lelap.
Hmm hari ini sudah terlewati dengan kenikmatan bekerja. Ini adalah hiburan yang tak mudah saya dapatkan.

Rabu, 12 Juni 2013

Pagi Baru Semangat Baru

Badan saya sudah lebih enak dari kemarin sekalipun beberapi kali terbangun semalam. Dan pagi ini saya awali dengan air putih dan dua buah pisang susu karena saya belum masak. Beginilah perempuan, sehat ataupun sakit ia harus menyiapkan sendiri semua yang dibutuhkan diri dan keluarganya.
Tetapi saya berharap tidak demikian untuk anak-anak saya.

Hari ini hari kedua saya bekerja sebagai panitia penerimaan murid baru. Kemarin saya terlambat datang, hari ini saya harus berangkat lebih awal. Pada saat kerja kemarin, teman menyenggol badan saya dan kaget,panas. Lalu menyarankan saya pulang tetapi tidak enak rasanya hari pertama sudah ijin. Jadi saya bekerja walau sedikit lamban. Saya bekerja di bagian pendaftaran siswa jalur prestasi dan jalur siswa miskin, jadi tidak terlalu sibuk dibandingkan mereka yang bekerja di jalur NUN (Nilai Ujian Nasional) dan jalur Tes Potensi Akademik.

Jam dua belas pendaftar sudah sedikit, saya injin istirahat di ruang guru. Saya bisa relaks bersandar di sofa tamu. Nikmatnya sambil tidur-tidur ayam. Beberapa kawan datang dan pergi tidak saya pedulikan. Baru ketika kepala sekolah masuk saya ucapkan selamat siang. Dia bertanya, "kenapa, sakit?"
Syukurlah dia bertanya jadi saya bisa mengatakan bahwa saya memang sakit.
Jam 13.30 pulang, rasanya saya tidak akan bisa menyiapkan makan siang jadi saya membeli lauk pauk dan sayur.
Selesai makan siang ngobrol sebentar lalu tidur.

Pagi ini pagi baru, matahari baru, hari baru dan semangat baru. Saya akan bersiap sekarang.


Minggu, 09 Juni 2013

Selamat Jalan Fajar Semoga Tuhan Bersamamu

...................................
Ajal membawanya ke sisi kehidupan yang lain
Baru beberapa detik saya menutup postingan blog tentang kematian dan beralih ke facebook, saya lihat ada tanda nyala di notifikasi. Langsung saya buka dan kaget..... Innalillahi Rojiun. "Selamat Pagi, Mas Fajar telah meninggal kemarin Bu karena hipertensikasian Yoko." Begitu pesan yang ditulis oleh Ohashi Miki tadi pagi dari Fukushima.
Sesungguhnya hanya kepada Tuhan kita kembali


Fajar adalah mantan atlet nasional Yudo dan profesi terakhir menjadi dojo.di Bali. Kami pernah kost di rumahnya ketika dia masih tinggal di Tabanan. Berepapa tahun kemudian bertemu lagi saat dia sudah menjadi dojo. Kala itu beberapa orang JICA menjadi sukarelawan di perguruannya. Dia yang mengantar Ohashi Miki pertama kali untuk tinggal di rumah saya. Tidak terduga pertemuan itu karena saat kami kost di rumahnya dia masih anak-anak. Ayahnya seorang tentara asal jawa muslim, ibunya Bali mualaf. Ayahnya meninggal saat ia masih SMP. Kemudian ibunya menikah laki dengan orang Bali dan mengikuti agama suaminya. Tetapi Fajar dan seorang adiknya tetap memeluk Islam mengikuti ayahnya.

Fajar menikah dengan Yoko, gadis Jepang teman Ohashi Miki. Mereka menikah cara Islam di Sanur dan Yoko juga menjadi mualaf.Tetapi setelah kerja sama JICA di Tabanan berakhir kami tidak pernah ketemu.Terakhir melihatnya dia memang sudah overweight.
Dan  malam ini berita meninggalnya mengejutkan saya.

Iya begitulah, ajal  menjemput tanpa kompromi. Selamat jalan Fajar, Tuhan akan memberimu tempat yang layak di sisiNya.



Michelanggelo

Suatu hari pada musim gugur Michelanggelo berkata kepada seniman sahabatnya, "Setelah menjalani hidup seperti ini, bukankah berat untuk melihat kematian ada di depan mata?

Seniman itu menjawabnya, " Tidak sama sekali! Sejak hidup begitu menyenangkan seperti ini, kematian yang datangnya dari sumber yang sama tidak akan menyusahkan kita."

Memandang kenikmatan hidup dan kematian bagi setiap individu tidak selalu sama walaupun itu dilihat dari sudut pandang komunitas yang sama. Beberapa tahun silam tetangga di desa,seorang perempuan lansia yang menderita kanker selalu berkata,"saya tidak mau mati sekarang." walau pada akhirnya dia mati juga oleh penyakitnya. Orang menghubungkan perkataannya itu dengan kehidupannya yang berubah menjadi kaya setelah rumahnya ditinggali burung walet.

Sebenarnya kematian adalah kepastian yang tidak kita ketahui kepastiannya. Kematian itu bukan musuh dari kenikmatan melainkan akhir dari kehidupan yang bisa terjadi setiap saat manakala kita sedang berada di puncak atau sebaliknya.

Andai bisa memilih saya ingin akhir hidup saya berada di puncak kebahagiaan saya.Tetapi grafiks saya sudah melewati puncak berarti pilihan saya tidak ada lagi. Meskipun begitu saya akan menyambutnya dengan sisa kebahagiaan saya.



Kamis, 06 Juni 2013

Sebelum Aku Tertidur

                                                      Hutan nan indah, gelap dan dalam,
                                                      Tapi aku sudah berjanji untuk tetap melangkah
                                                      Bermil-mil jauhnya sebelum aku tertidur 
                                                      Bermil-mil jauhnya sebelum aku tertidur




Ini adalah sepotong sajak Robert Frost yang ditulis tangan Jawaharlal Nehru dan ditemukan di dekat tempat tidurnya saat dia meninggal.
Memang sajak itu indah dan berarti. Di dalamnya ada falsafah hidup yang menarik bahwa kewajiban kita adalah berjuang sebelum ajal tiba.

Selama ini saya sudah tertarik pada slogan  bombastis Chairil Anwar, 'Sekali berarti sesudah itu mati'. Tetapi setelah menemukan sajak di atas saya perlu mempertimbangkan lagi sebuah kemungkinan slogan baru 'Aku sudah berjanji tetap melangkah sebelum mati'.

Tetapi bagi saya tidak berlaku falsafah hidup  selebritis 'Biarkan hidup itu mengalir seperti air'.
Karena ini berarti hidup dibiarkan tanpa tanggung jawab.

Dan saya berjanji untuk tetap melangkah sejauh yang saya bisa sebelum saya tidak bisa. 

Rabu, 05 Juni 2013

Selamat Pagi




Tak sabar

Pagi ini saya awali dengan dua cangkir teh tawar dan sepotong roti karena selera makan saya kurang. Hari ini libur Isra Miraj, kami di rumah saja. Adik mengajak jalan-jalan ke Nusa Dua Beach tetapi saya enggan dan akhirnya dia yang akan datang ke Tabanan.

Artinya saya harus masak lagi dong. Okay, saya katakan kita akan masak soto  hari ini dan goreng ayam saja  selanjutnya kita ngobrol. Terlalu siang untuk pergi.
Jadi sekarang saya menunggu mereka sambil baca-baca.



Melihat pemandangan dari kamar ini sama nyamannya dengan berwisata. Coba dengarkan suara mesin pemotong rumput di seberang jalan, mengisi kesunyian di antara kicauan burung. Keheningan suasana hari libur di sekitar ini sempurna. Hanya sesekali saja kendaraan berlalu.

Kawan,
Cukup lama kami ingin mewujudkan impian tinggal di tempat seperti ini. Baru setelah anak-anak memasuki jenjang kuliah cita-cita itu terwujud. Sudah sangat terlambat memang kami bisa menikmati tinggal di rumah sendiri.
Walaupun begitu kami puas karena ini adalah rumah idaman yang saya  rancang sendiri bangunnya, saya mendisain sendiri model  pintu, jendela dan pernak perniknya dan  langsung saya pesan di Bojonegoro. Saya hanya ingin kayu jati Bojonegoro karena saya tahu  kayu jati dari asal kota kelahiran saya ini mepunyai serat lembut dan warna yang kuat, walau saya hanya mampu membeli kayu dengan kualitas kelas 3.

Rumah saya bukan rumah mewah namun familier sehingga siapapun yang berkunjung akan mengatakan rumah ini bagus. Sebenarnya yang lebih tepat adalah rumah ini nyaman.



Yang Terlupakan



Secarik kertas itu mulai usang
terselip rapat
dan terlupakan

Kertas kuning itu mengingatkanku
pada selembar kertas bertuliskan sebuah sajak
yang ditulis teman untukku
Kala itu.....
Aku membacanya dan terus membacanya sampai kertas itu usang
walau aku tahu ada sedikit plagiat dalam sajak itu
ia sudah berjuang untuku

Sejak kuterima sajak itu tak pernah lagi tatap muka
apalagi bicara
walau setiap hari kami di sekolah yang sama
sampai akhirnya perpisahan terjadi

Kini ada secarik kertas tanpa sajak




yang kusimpan rapat-rapat
sampai ia akan menjadi yang terlupakan
seperti sepotong sajak yang hilang
ditelan waktu



Tak ada Jiwa Berjiwa





Kali ini tidak ada jiwa yang berjiwa. Isyarat yang sangat sederhana itu sudah bisa diterjemahkan. Tak ada gunanya menoleh kebelakang karena hari esok masih ada. Setiap orang mempunyai sejarah yang dibuatnya sendiri, artinya setiap orang harus bertangungjawab terhadap dirinya sendiri. Mau menang mau kalah, mau senang mau susah,mau semangat mau putus asa adalah urusan kita sendiri.

Terkadang memang terasa jiwa tidak punya jiwa, pada saat perasaan berjalan di atas logika. Namun sekali lagi bagaimana kita adalah apa yang kita buat kini dan nanti.

Jadi sayonara mimpi, selamat tinggal khayalan, kembali ke dunia nyata adalah ketika logika bisa menguasai perasaan.

Selasa, 04 Juni 2013

Disengat Lebah



Hari ini berjalan biasa saja. Sekolah ramai dengan kesibukan menjelang rapotan. Ruang guru penuh dan semua guru sibuk menyelesaikan nilai, halaman penuh dengan murid yang menunggu pengumuman remidial dan hasil ulangan. Saya kurang nyaman bekerja dalam suasana seperti ini untuk urusan nilai, jadi saya tidak lama di sekolah dan pulang. Dan akhirnya malam ini daftar nilai sudah siap untuk disetor besok.

Ketika saya membuka facebook ada sapaan dari seorang mantan murid,Meliana Tantri. Saya tanya dia kuliah dimana sekarang, dia menjawab kuliah jurusan Bahasa Mandarin untuk Bisnis di China. Pantas saja, dia memang keturunan China. Trus obrolan malam ini terputus, karena saya akan memfoto kopi daftar nilai untuk arsip namun celaka saya disengat lebah yang menempel di pegangan tangga. Waduhhh tak terkira sakitnya. Langsung saya ikat ibu jari yang terkena sengat agar racunnya tidak menyebar. Saya olesi dengan minyak sumbawa lalu minyak tawon, ga mempan. Sakitnya makin menjadi dan mulai membengkak. Semua ujung jari menjadi sakit. Saya berpikir bagaimana cara mematikan racunnya.Gimana ya gimana ya gimana ya,Up mungkin air panas. Saya pikir pori-pori akan mengembang dan racun mati oleh air panas.
Dengan sekuat menahan sakit saya rendam semua jari saya di air panas. Ternyata berkurang sakitnya dan....berhasil. Pembengkakan berhenti.

Saya bisa meneruskan pekerjaan lagi walau masih terasa sakit di ibu jari. Kasihan saya ini. Sudah, jangan ada lagi yang disengat lebah seperti ini. Lihat bagian dalam ibu jari saya merah dan kembung mengencang. Tentu saja sakit jika tertekan. Saya petik daun sirih lalu saya remas-remas dan saya tempelkan dan saya perban. Kata orang daun sirih bisa membersihkan luka dan mengandung ant biotik ya sudah gitu saja.

Minggu, 02 Juni 2013

Sepi di Luar Sepi di Dalam


Bung Balchi menulis status di facebook "Sepi di luar sepi di dalam."
Lalu saya komentari "Sepi menekan mendesak"
Dan dia menulis lagi "Pepohonan kaku luruS" (seharusnya kaku lurus pepohonan)
, tapi saya teruskan saja " Tak bergerak."

Kaki Gunung Ijen

Ha ha ha akhirnya kami tertawa karena Bung Balchi tidak meneruskan lagi, katanya lupa. Syukurlah, karena saya juga lupa lanjutannya. Itu adalah beberapa larik dari sajak Chairil Anwar, Hampa (tanpa sepi di dalam}

Itu mengawali banyak percakapan jarak jauh kemarin malam dengan kawan dan keluarga. Dan yang paling menantang adalah ngobrol dengan Hassan Enne, susahnya buat gurauan. Tetapi cukuplah semuanya mengusir sepi.
Kalau sudah menyendiri tidak tahu lagi saya lagi apa, seperti apa. Sepertinya saya menjadi kurban patah hati he he he, patah semangat maksud saya.
Lalu iseng saya smsin kawan. Kalau lagi mood ya jadi ngobrol lama sampai ngantuk dan tertidur.
Memang benar musuh yang menakutkan adalah sepi.



Barangkali Bung Balchi kemaren juga bertemu dengan sepi.

Sabtu, 01 Juni 2013

Gajah Mati Meninggalkan Gading


Pada dasarnya setiap orang itu butuh pengakuan jati diri. Berbagai aliran yang terjadi dalam seni adalah salah satu bukti bahwa setiap orang mempunyai sifat individual yang menjadi jati dirinya. Walaupun terkadang itu lahir diluar kesadaran. Apalagi orang yang sadar berbuat sesuatu untuk menunjukkan jati diri pastilah ia sangat ingin mendapatkan pengakuan yang nyata. Seperti yang tertulis dalam prasasti di tempat kerja saya ini.





Sebenarnya untuk siapa prasasti ini dibuat. Sejak tahun 1981 ketika sekolah ini mulai berdiri sampai saat ini, 2013, ada dua prasasti yang dibuat oleh dua kepala sekolah periode terakhir. Tahun depan akan ada kepala sekolah baru, jika dia juga seorang yang perlu pengakuan (vulgar) dengan dua prasasti lagi berarti akan ada enam prasasti di sekolah. Dan bayangkan beberapa dekade ke depan....

Saat ini siapapun yang membaca prasasti ini tak akan bisa menilainya seperti nilai sepasang gading gajah.

Prasasti terbaik untuk seorang pemimpin adalah prasasti yang terukir di dinding hati anak buahnya. Ada dua prasasti di hati kami Yaitu kebaikan pemimpin kami periode pertama dan ketiga. Keduanya menjadi pemimpin terbaik dari delapan pemimpin lainnya. Karenanya sekalipun mereka sudah tiada, nama mereka masih sering kami sebut dan bagaimana mereka mencetak sekolah ini begitu rupa tetap menjadi kenangan manis kami.


Mereka bekerja tanpa pamrih. Mereka bekerja penuh kejujuran dan mereka juga menghargai setiap individu tanpa pilih sebagai teman atau lawan. Mereka tidak pernah bicara tentang proyek, uang, untung dan rugi. Mereka banyak bicara tentang bagaimana sekolah ini, bagaimana murid kita belajar dan bagaimana kita bekerja.
Mereka sudah mencetak prasasti yang abadi. Dan kami mengakuinya tanpa mereka butuhkan.Prasasti mereka lebih bernilai dari gading gajah manapun.