Selasa, 26 Juni 2012

Di Kaki Gunung Merapi 24 Juni 2012





Pemandangan di kaki gunung Merapi pagi itu sungguh cantik. Sisa-sisa keganasannya sudah berubah menjadi keindahan yang berbeda. Gunung yang menjulang tampak jelas dengan asap putih kapas menghiasi mahkotanya.
Lerengnya yang hijau lembut bervariasi abu-abu pada dinding-dinding bekas aliran lava di sebelah kanan. Jurang di Kali Kuning sudah subur kembali walau tanpa pinus. Hanya pokok-pokok kering di sela-sela tumbuhan rendah, tetapi ini indah. Susah untuk menggambarkannya. Jauh di dasar Jurang tampak eskavator sedang bekerja, alat berat itu tampak kuning kecil mengayun-ayunkan belalainya. Sepertinya ada proyek pembangunan bendungan.





Merapi tampak tersenyum melatarbelakangi semua kesibukan di kakinya. Pencari nafkah yang pandai mengekploitasi panorama menggeliat penuh semangat. Penjual makanan, pedagang suvenir, tukang parkir serta penjual jasa pemandu semuanya berlomba mengumpulkan rejeki.




Berjajar motor Trail ditawarkan untuk transportasi melihat-lihat desa Kaliadem, Situs Mbah Marijan. Dengan ongkos sewa motor dan pemandu Rp 20.000 pulang pergi atau Rp 50000 sewa motor saja selama satu jam. Ini lebih hemat. Ada penyewa keluarga yang menyewa satu motor dan menggunakannya bergantian. Kreatif !!!



Namun saya tidak tertarik karena tahun lalu saya sudah mengelilingi desa itu sesudah erupsi pertama dan melihatnya dari kejauhan setelah erupsi kedua.

Saya hanya membeli tempe bacem dan jadah. Hmmm nikmatnya dimakan hangat-hangat dalam udara yang sejuk pada pagi hari sambil menunggu adik dan keponakan berkeliling. Saya kabarkan kepada teman di Bali suasana pagi indah ini.



Jumat, 22 Juni 2012

22 Juni di Dalam Perahu





Hari ini merupakan satu hari yang saya tunggu. Tanggal 22 Juni,Bersyukur saya bisa sampai pada 22 Juni tahun ini dengan penuh rasa bahagia. Saya sedang menunggu perahu di penambangan Bengawan Solo,ketika menit-menit yang saya tunggu tiba. saya takut kehilangan waktu lalu saya kirim pesan singkat kepada teman. Mengingatkan lagi saat yang paling indah ketika ia menyambut salam kenal saya suatu siang.
Saya kutip lagi kalimat pertama saya dan jawabannya. Dan...O O teman saya membalasnya.


Kebahagiaan saya bertambah ketika petang tadi ia menyapa dan kami ngobrol cukup lama di taman.

Teman, tugas Anda sudah selesai. Bantuan Anda sudah lebih dari cukup. Tidak bisa saya katakan bagaimana saya berterima kasih.

Sabtu, 16 Juni 2012

Liburan Tanpa Semangat

S

emangat liburan ini sudah tidak ada lagi sekalipun belum seperempat dari panjang libur semester ini.
Tidak ada yang bisa saya khabarkan kepada teman dan kawan di Bali. Hari ini lebih membosankan dari hari kemarin.

Pagi kemarin kami joging sekitar alun-alun sesudah itu menikmati jajanan pagi kue serabi dan ketan. Kami duduk di tikar yang digelar di trotoar sambil menyedup kopi panas dekat tungku. Sedikit kenikmatan pagi itu. pulangnya singgah ke pasar membeli nasi jagung dan ikan sepat, ikan sungai yang sangat renyah dan gurih jika digoreng.

Badan terasa berat dan kaku tanpa aktifitas berarti. Lebih-lagi banyaknya duduk di depan TV, membaca koran dan sedikit chatting memperburuk mood saja.

Membosankannya keadaan ini.
Sesekali saja ngobrol via BIG Family, tetapi sepertinya semuanya lagi malas bercanda. Hanya kabar-kabaran saja.

Rabu, 13 Juni 2012

Bagaimana Saya Merindukannya

Bagaimana Bali saat ini, apakah cuaca juga mendung seperti di sini? Saya tidak mau membayangkan ketika mendung menutupi Bali. Ketika hujan membasahi dedaunan dan ketika bulan tertutup awan. Pilu, karena semuanya sering menyertai hari-hari kelam saya di Bali. Pernah saya bilang pada suami ketika saya berada dalam keputusasaan bahwa rasanya saya tidak sanggup hidup di Bali. Dan ia menjawab "Pensiun muda saja dan pindah." Hancurnya hati saya mendengar itu.


Bukit Uluwatu

Mungkin selanjutnya saya mengalami depresi. Sehingga setiap saat saya seperti ingin berteriak dan berlariii sampai habis semua yang membebani dada saya.

Dan ketika berhadapan muka tiba-tiba saja ada kekuatan besar yang mendorong saya untuk tegak dan menantangnya. Saya tidak boleh kalah. Berapa pun lawan yang harus saya hadapi saya harus berani dan saya memang menjadi pemenang.




Kebun Raya Ekakarya Bedugul



Saya bisa bertahan dalam depresi dan keputusasaan.

Dan menjadi catatan penting dalam kehidupan saya, ada satu potong kisah, tetapi tak seorangpun boleh tahu ceritanya. Kisah inilah yang membantu pembebasan saya dari belenggu yang merantai hati saya selama itu.

Bagaimana Bali saat ini, apakah cuaca masih mendung, apakah hujan masih membasahi dedaunan dan akankah bulan tertutup awan?

Saya mencintai Bali kini, merindukannya saat jauh darinya.



Setelah Sunset di Tanah Lot

Rumah Tua di luar Agenda

Hujan mengguyur malam ketika bus memasuki kota kelahiran saya, kota masa kecil. Berteduh sebentar di emper warung yang sudah tutup lalu dengan becak menuju rumah tua.
Rumah sunyi itu sudah terkunci namun beberapa saat pintu dibuka oleh pembantu kami, gadis belasan tahun hitam manis itu tersenyum dan berseru,Mbak Yuk'e datang! seolah memanggilkan adik-adik saya padahal mereka tidak ada.

Setelah itu terdengar suara ibu dari dalam kamar. Dan sebelum ia bangkit dari ranjang saya sudah berada di dekatnya. Selanjutnya begitu sibuk akan mangurus saya.Tentu saja saya tidak memerlukan sambutan begitu jadi saya langsung buat teh panas sendiri dan membeli nasi pecel serta tempe mendoan goreng kesukaan kami di depan.

Sunyinya rumah tua ini, namun ada ketenangan di sana. Kami ngobrol di ruang tengah menghadapi meja besar bulat telur terbuat dari kayu jati. Meja peninggalan nenek yang dibuat sebelum zaman kemerdekaan katanya. Kakek kami dulu seorang penjahit, di samping petani. Juga nenek. Begitu juga ibu, bibi dan hampir semua anggota keluarga kami suka menjahit baju sendiri walaupun bukan penjahit. Mungkin karena di rumah tua kami ada mesin jahit tua bermerek Singer dan meja tempat memotong kain yang sangat akrab dengan kami.

Malam tadi saya tidur di kamar besar karena ibu memilih pindah kamar yang lebih kecil berhadapan dengan kamar adik.

Subuh membangunkan kami, tetapi saya sudah mendapati ibu sedang minum kopi. Wah saya terlambat, jadinya saya membuat kopi untuk diri sendiri. Saya memilih cangkir lama yang ukurannya kecil. Bernostalgia tentang bagaimana tamu-tamu di desa menghirup kopi kasar di cangkir-cangkir kecil seperti ini. Ini satu-satunya cangkir lama buatan cina yang mungil bernilai historis dan artistik.

Entah apa nanti yang harus saya kerjakan di sini. Liburan di sini di luar agenda sambil menunggu 7 hari kakak ipar dan kami akan kembali ke Surabaya lagi.

Senin, 11 Juni 2012

Akhir Liburan yang Prematur

Rencana manusia sesederhana apapun tidak akan bisa terlampaui jika ada rencana lain di luar kekuasaannya.

Tahukah Anda, Bahwa kali ini saya sudah berada kembali di posisi sebelah timur pulau Jawa hanya selisih dua malam dari keberangkatan saya dari Bali menuju Jakarta 7 Juni lalu. Saya baru memulai perjalanan liburan ini dengan pergi ke Bogor untuk menghadiri perkawinan keponakan saya. Hari itu Sabtu 9 Juni. Perjalanan Bekasi-Bogor sangat lambat karena kepadatan kendaraan, sehingga jarak tujuan yang tidak lebih dari 40 km kami tempuh dalam waktu tiga setengah jam.

Selesai acara jalan-jalan sebentar ke kota Bogor dan ke Istana. Kali ini kami juga akan mencoba jajanan pinggir jalan yang asing tetapi sepertinya menarik. TUTUT. Siput sawah yang direbus dengan bumbu dan makannya dengan cara disedot ataupun dihisap dengan kuahnya. Itulah satu hari yang mengawali liburan saya kali ini.

Sebelum terlalu malam kami putuskan melanjutkan perjalanan ke Puncak untuk bermalam di Cipanas. Kami sudah terlalu capek dan ingin segera beristirahat sambil menikmati makanan panas di sana.
Belum lima belas menit meninggalkan kota Bogor ke arah Puncak, di desa Tajur, ada telepon dari keponakan di Jatim yang mengabarkan bahwa ayahnya baru saja dipanggil Tuhan. Kami terkejut, selanjutnya kami memutuskan kembali ke Jakarta. Tanpa banyak pertimbangan adik ipar mengusulkan kami langsung ke Gambir untuk mengejar kereta jam 19.30. Ide bagus, saat itu juga kami menghubungi stasiun Gambir dan syukurlah masih banyak kursi untuk kereta jurusan Jakarta Surabaya. Jam 19.15 kami tiba di Gambir selanjutnya membeli tiket dan bertiga kami langsung ke Surabaya.

Lupa sudah segala rencana liburan di jakarta dan sekitarnya. Dengan kereta Sembrani kami sampai di Jatim jam 07.30 WIB. Di rumah kakak ipar keluarga sudah menunggu. Masih ada satu keluarga lagi yang ditunggu yaitu keluarga dari Medan. Satu jam kemudian mereka datang. Akhirnya jam 09.00 upacara persiapan pemakaman dimulai dengan sambutan dan doa lalu jenazah disolatkan dan seterusnya diberangkatkan.
Semua seperti mimpi.

Dan malam ini saya masih bersama keluarga duka sampai hari ketiga esok. Sebagai kloter terakhir yang akan meninggalkan tempat ini.

Begitulah...
Bahwa kematian adalah takdir yang tak bisa terlewati, bahwa kematian adalah kekuatan di atas segala kehendak dan keinginan. Bahwa kematian adalah seruan yang tidak bisa diabaikan. Bersyukurlah segala kemudahan telah Tuhan berikan sehingga kami bisa mengiringi kepergian saudara kami dengan lega hingga ke liang lahat.

Jumat, 08 Juni 2012

Penerbangan GA725





Jam 19.15 WITA GA725 menerbangkan saya melintasi kegelapan . Sesaat meninggalkan Bali tampak daratan sekitar Jimbaran dan Kuta berkilauan seperti rangkaian berlian yang ditaburi safir, alexander, bluestain, intan, zamrud, mirah dll. Indah menawan di kehitaman. Saya ingin tidur malam ini untuk satu setengah jam, saya terlalu lelah memulai perjalanan ini. Menyelesaikan penilaian tugas murid dan workshop membedah processor dan segala macam hardware serta menilai pekerjaan siswa dengan komputer baru saja saya lewati. Hampir tidak ada satu jam pun waktu tersisa untuk semuanya.





Namun syukurlah malam ini saya sudah di udara melepaskan segala urusan Bali. Saya coba memicingkan mata namun tak bisa lalu saya ambil majalah yang terselip di belakang sandaran kursi depan. Wisatawan kulit putih yang duduk di sebelah kanan melakukan hal yang sama. Dinner dengan menu bistik,sup,sponcake, roti dengan butter dan saya minta secangkir teh panas tanpa gula, Bule disebelah dengan menu berbeda. Sepertinya roti, daging, jus dan sponcake juga. Saya lapar tetapi makanan ini terlalu banyak bagi saya.




Sejam kemudian terdengar suara yang mengumumkan ketinggian pesawat 38.000 kaki dan tiga puluh menit lagi pesawat akan tinggal landas.




Sepi jalanan kota Jakarta, kota kekasih. Dengan Bus DAMRI menuju Bekasi.
Dari terminal bus menggunakan taksi gelap menuju ke rumah adik.
Acara akhir pekan ini kami akan ke Bogor, menginap di Sukabumi sambil merencanakan lagi objek-objek yang akan kami kunjungi.

Selamat Tinggal Bali saya akan selalu merindukanmu.





Selasa, 05 Juni 2012


SUATU PAGI DI DALAM KELAS

Hujan rintik-rintik membasahi daun-daunan,atap bangunan, tiang-tiang dan kabel-kabel yang bergelantungan.Lapangan basket digenangi air memantulkan bayangan benda-benda di sekitarnya. Dan titik-titik air yang jatuh membuat bundaran-bundaran yang bergerak membesar lalu menghilang.
Hari ini hari pertama ujian sekolah. Murid-murid bekerja dengan tekun menghadapi soal ujian Kewarganegaraan. Kulihat wajah-wajah yang tegang tak henti-hentinya mengamati lembar-lembar soal.tentunya wajah-wajah yang berbeda dengan mereka yang duduk di sini tahun lalu.Ya tentu berbeda . Bukankah setiap tahun ada yang datang dan ada yang pergi. Sebagian besar anak-anak ini pernah kuajar waktu kelas satu.Beberapa nama mereka juga masih kuingat. Yang duduk di sudut kanan depan itu Titik.lalu Ningrat, Mahardika dan Soni. Kemudian pada deretan kedua ada Wiharta. Agus Ari, Wahyu dan Chaerani.selanjutnya ada Kariani dan Wiadnyana.
Di deretan kedua paling kanan namanya Agus. Aku mengenal anak itu sejak ia masih kanak-kanak.karena ia anak tetanggaku.Ayahnya telah dua kali ikut mencalonkan diri sebagai calon legislatif tetapi gagal. Aku juga masih ingat waktu kecil Agus nakal sekali dibandingkan anak-anak pada umumnya.Segala kemauannya harus dituruti. Kalau tidak ditruruti ia tidak segan-segan merusak dan membanting benda-benda yang ada di dekatnya.Pernah pada suatu hari ia minta uang untuk membeli mainan.Tampaknya ibunya tidak mau lagi memberinya karena seharian itu ia sudah empat kali minta uang. Agus bertiak-teriak dan mengamuk memukuli pengasuhnya, dan menendang-nendang ibunya.Melihat kedua orang perempuan itu tidak menggubrisnya ia meraih keranjang berisi telor dari atas meja dapur lalu menghempaskannya ke tanah.Hingga akhirnya keributan pun terjadi ibu dan anak itu adu kekuatan saling memukul higga akhirnya ayahnya datang melerainya. Yah anak itu kini sudah SMA dan tampak pendiam.
Angin bertiup dingin membuat suasana kelas semakin beku.Satu jam sudah berlalu murid-murid nampaknya mulai gelisah dan aku pun sudah dihinggapi kebosanan.Aku meninggalkan tempat dudukku untuk mengurangi rasa dingin dan berjalan mendekati Agus. Sejak tadi anak itu tidak pernah diam. Ia seringkali menoleh ke belakang seperti mencari bantuan kepada temannya itu. Sesekali ia juga bertanya dan melihat kertas yang ada di belakangnya.Benar ia kesulitan mengerjakan soal.Lembar jawabannya masih kosong.
“ Lembar jawabanmu masih kosong Gus?” Aku bertanya sambil menatapnya. Ia hanya diam tersipu dan menekuk wajahnya sambil menekan-nekan gagang pulpen.
“Menunggu apa?” Tanyaku menyambung.Ia masih tersipu dan tetap memainkan pulpennya. Lalu sambil berlalu meninggalkannya aku berkata lagi
“Segera dikerjakan ya!”
“Ya” jawabnya pelan.
Aku kembali ke tempat duduk,sementara guru pengawas pasanganku masih tekun mengerjakan soal matematika yang menjadi bidangnya.
Beberapa saat hening kembali sepertinya kegelisahan anak-anak sudah terlewati. Barangkali anak-anak sudah dapat jawabannya atau sebaliknya mereka sudah menyerah.
Aku menyandarkan punggung ke kursi sambil memandangi mereka satu demi satu .Samar-samar kakiku terasa terayun dan mengambang. Seperti ada yang tidak beres pada diriku, aku berusaha membetulkan dudukku ketika tia-tiba ayunan itu terjadi sungguh-sungguh. Disusul getaran bumi yang kuat.
“Linuh!...Linuh !!! “ teriak seorang anak laki-laki. Serentak semuanya berhamburan ke luar. Di luar anak-anak kelas lain sudah berdesakan di lorong terbuka di antara kelas yang berhadap-hadapan.Getaran makin kuat sehingga daun jendela kaca itu tampak terayun ayun,suaranya bergetaran. Aku merangkul temanku, anak-anak berpegangan, berdekapan dengan wajah ketakutan. Jantungku berdebar-debar. Anak laki dan perempuan berdesakan dan berhimpitan mencari ruang terbuka. Sebentar saja taman di lorong kelas itu kacau balau terinjak-injak. Gempa masi h berlangsung, getaran kaca-kaca masih terdengar di sana sini.
“ Hei sapa itu di kelas ? Keluar!” seorang murid laki berteriak cemas sambil menunjuk kelas.Tetapi anak yang di dalam seakan tidak mendengarnya. Ia tampak sibuk.
Beberapa detik kemudian getaran gempa terasa melemah. Beberapa anak mulai kembali ke ruangan. Tetapi di dalam, Agus masih duduk di kursinya seperti sebelum gempa terjadi. Di mejanya lembar jawaban kepunyaan temannya ada di sana. Begitu temannya tiba buru-buru ia kembalikan. Tidak peduli temannya kesal dan mengumpat lirih. Aku mendekati mereka memandangi mereka bergantian.Lalu kulihat lembar kerja Agus sudah selesai dan lembar eseinya juga sudah penuh.
Rupanya gempa itu tidak berarti dibandingkan dengan lembar jawabannya sekarang. Memuaskan. Aku hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkahnya. Juga pengawas pasanganku
Terselip rasa kecewa dalam hatiku terhadap agus dengan tindakannya itu.Ia mencari keberuntungannya dengan mencuri-curi kesempatan dari jerih payah temannya.Agus, anak tetanggaku itu memang seharusnya tidak di sini tempatnya tetapi di sekolah kelas swasta kualitas dua.Ia berada di sekolah ini sebagai murid juga karena faktor keberuntungan saja. Karena pertemanan tetangga antara aku dan orang tuanya. Mestinya nilai Ebtanas murninya dulu itu catatan asli tentang pendidikannya. Tak perlu campur tangan orang seperti aku atau lainnya.
Ya Agus memang mujur. Orang tuanya mampu dan memiliki faktor keberuntungan juga. Sayang kesempatan baik yang ia dapatkan di sekolah ini tidak digunakan dengan sebaik-baiknya. Dan ketergantungannya pada orang lain sejak masih kecil dulu tidak dihilangkannyan hanya karena mengharapkan masih ada keberuntungan lagi.
Hujan telah lama berhenti dan matahari kembali menghangatkan hari ini. Aku bergegas pulang.

Tabanan, Mei 2009

Hari Kemarin dan Hari ini

Jam 10.59 pesan singkat itu dikirim. saya tahu isinya sebelum membukanya. Dan benar, jam 13.00 saya buka, berita seperti biasanya. Karena itu tak ada kejutan bagi saya, selintas saya tertegun tetapi hanya kurang dari satu menit. Selanjutnya kami sms-an membicarakan adik saya sebentar.

Bagaimana semalam sebelum ini saya tidak bisa tidur membayangkan apa yang akan terjadi esok. Benarkah yang saya katakan kemarin bahwa setiap hari akan ada perubahan? Benar, begitu matahari terbit seolah membawa kabar baru bahwa hari ini saya harus semangat. Namun beberapa jam kemudian semangat itu redup kembali.
Dan malamnya keredupan itu padam sama sekali. Andai saja matahari tidak bersinar sejak tadi keredupan tidak akan terjadi karena suasana mata sudah beadaptasi dengan keredupan.

Begitulah hari kemarin.






Benar kan kekekalan hanya ada dalam perubahan. Esok dan esok nanti kita akan terus berhadapan dengan perubahan.

Hari ini saya cukup bersenang-senang dengan keluarga dan kawan-kawan di BBM, Ketika saya menulis di chat humor dan Kata Bijak spontan kawan-kawan berkomentar, menyenangkan. Apalagi obrolan dengan my BIG Family tak terkatakan ramainya saya dicecar dengan kalimat-kalimat berbahasa Inggris dan ditertawakan bahasa saya. Oh benar-benar heboh.

Hari-hari dalam kehidupan tak pernah seperti air yang mengalir. Mungkin lebih seperti angin, api atau ombak yang senantiasa bergerak dengan dinamikanya sendiri.



Senin, 04 Juni 2012

Janji Itu


janji adalah hutang yang tak tercatat. Sesuatu yang nisbi. Berapa banyak orang membuat janji dan melanggarnya. Memang tidak ada kerugian apapun atas pelanggaran itu, hanya ada sebuah pertanyaan mengapa begitu.

Seorang rekan kerja saya menandatangani sebuah surat perjanjian kerja sama untuk suatu usaha, tetapi ia bisa juga mengingkarinya. Akta di atas kertas segel bermaterai itu tidak menjamin adanya keterikatannya dengan suatu kewajiban untuk menepatinya. Dia melanggarnya. What do i do?

Dua perjanjian di atas SAMA SAJA artinya, pelanggaran.
Bedanya janji yang pertama tidak menghasilkan efek apapun bagi keduanya sedang janji yang kedua menimbulkan kerugian di salah satu pihak.

Bagaimana orang bisa belajar hal buruk tentang satu komitmen, bukan hanya komitmen untuk orang lain melainkan juga komitmen untuk diri sendiri, bahwa satu hal yang harus dijaga dalam diri adalah konsekuensi dan kejujuran.





Minggu, 03 Juni 2012

Minggu, 3 Juni



Hari ini Minggu 3 Juni, tiga hari lagi saya akan meninggalkan Bali,Garuda e-tiket belum saya print, mungkin besok atau lusa setelah semua tugas selesai. printer di rumah habis tinta.

Selesai sarapan saya membuat sketsa Gadis Kecil Berpayung. Ini saya kerjakan semata untuk membunuh sepi, mood sebenarnya gak ada sehingga hasilnya tidak maksimal. Hanya sketsa dan warna dasar kanvas saja.
lalu tidur karena ngantuk saya datang.
Keluar mencari segala sesuatu untuk makan siang.Ada beberapa posting Picture dari BIG Family, Adik di Taliwang, berjudul Banjir darah yaitu foto banyak orang di tepi laut yang airnya memerah oleh darah paus yang dikeroyok massa setelah terdampar di pantai Balad. Sadisme!
Badan paus penuh luka disayat beramai-ramai. Memilukan nasib makhluk itu. Teraniaya tanpa seekor kawan melihatnya.

O O saya telah melewatkan panggilan teman di daftar panggilan tak terjawab. Tetapi saya ragu ada apa?
Ingin segera ngobrol namun panggilan balik saya tidak terangkat.
Saya cukup senang masih disapa olehnya.

Waktu sangat cepat berganti, malam kini kembali




lagi dan segera akan berubah beberapa detik lagi. Selamat pagi!

Sabtu, 02 Juni 2012

Ketika Sendiri






Suasana hati sangat mudah berubah. Begitu mudah segalanya berubah, berganti-ganti antara gembira dan sedih. Kegembiraan saya kemarin berlebihan. Bergurau rame-rame dengan Bjn Family kelewatan sampai dada, kepala dan perut seperti dikocok. Kegembiraan bersama yang paling heboh selama ini. Begitu juga sore tadi di sekolah. Bersama tiga kawan kami bergurau kelewatan. Sehingga di perjalanan pulang saya masih saja menahan tawa.

Ternyata saat sendiri lagi, rasanya ingin menangis merenungi betapa manusia selalu berhadapan dengan perubahan. Antara tawa dan tangis yang terlalu dekat jaraknya. Masih saya ingat kawan-kawan berkata bahwa mereka tidak ingin mati cepat karena sakitnya. Mereka sangat hati-hati dengan segalanya. Lalu saya bilang saya selalu sehat tetapi saya tidak ingin berlama-lama menjadi orang tak berguna. Saya memilih mati sebelum sakit. Yah kalau dipikir pada akhirnya kita akan mati.

Malam ini adalah malam panjang oleh kesedihan. Betapa kesedihan sudah menjadi teman saya sejak lama. Malam ini biar saja saya hikmati seperti apa adanya. Biar saja saya puas-puaskan segala rasa ini. Toh malam akan berlalu juga dan esok akan ada perubahan lagi.

Bukankah banyak orang bilang yang kekal adalah perubahan. Sekarang baru saya percaya ini.

Jumat, 01 Juni 2012

Lima Bahasa

PING!
Yuk e : Saskiii, don't sleeep away !!!
Luki : Saski where r u??
Yuni Ira : Don't sleep a way u now my baby, a sing a song, old song.
Yuk e : Ha..ha Daniel Sahuleka.
Luki :Saski went t sby yesterday, Sasskii!
Saski : Yoman Wassup.
Yayuk : Aku tak kekel disik..
Luki : What do u mean kekel yuk e.
Yuni Ira :(emotikon)> this is kekel

Yuk e : here i'm alone without anyone. so i wanted someone to talking about anything.
luki : oke iam joined kekel with u.
yuk e : kekel is ketan rice that boiled with parutan coconut.
Locita :(emotikon) wak ka ka wak ka ka gw dorong ke laut lo
Yuni Ira : that is TETEL not kekel.
Yuk e : Loca!! u must work harder don't follow Kekel2an!
Yuni Ira : LOCO Loko crazy crazy..
Jadah thooo, wong Suroboyo nek ngarani jadah iku tetel. Nek kekel iku sikile EmBek!!!
Yuk e : Oki oki i will be happy if ada jadah and kekel embek.
Yuni Ira : Bude galau, loco women.
Yuk e : galau No! happy Yess!! hey saski what did u say? Nyoman Wasslap?
Saski : Pehlis deh bude bahasa inggrisa gewl gelak jmn skrg
Yuk e : What's language that u used sas?
Saski : Budeeee ciak ciak dor dorr!!!! gambar bedil panjang
Yuk e : what is it? cicak dodol. It's like portugisa languaga he he
U must ready to test Uni, take HI Ugm!
Locita : Ini Dinda Budee, nama kerennya LoCita adinda wkwkwkwk
Yuk e : i see but better called u Loca only.

Locita : Je ne suis pala fire la quisine..ho..ho je deteste la dongse. ayo prancisan!!!
yuk e : Opo again?
Locita : Prancis budee, oo jepangan? Ono mastere haik haik.
Yuk e : awak bisane base bali dan jepange Haik, kono mikam cisei demo amai> ha ha
yuni ira ; whad had u eat poison mushroom?
locacita : ha ha ha ha ha hahaha
saski : mushoom bali haahaa
Locita : kekel maneh aku
Yuk e : Kekelllll!
Yuni Ira : Mushroom balinya di geger bli nyoman bodooong.sing taen manjus,
locita : wkwkwkwk,Luki sensei where are u> let going kekel together.
yuk e : just i have lunch with fried mushroom and cat poison..yummy
locita : Budee how strange ur food?
Yuk'e : Luki San is playing with ciprut.his cat.
Yuni ira : Tante donk clever, able to speak in 5 language: english,indo,java, bali, monyet.
locita : te irul! boso monyete gak kuuukuuku
Yuni ira : Lho din that langguage is most difficult, u know?
Locita : Kaka kiki kuku,plis deh bingung aku yoan!
Yuk e : aaah, yuni lie> not difficult, i had learn the language 20 year in alas kedaton university. soo easy.
yuni ira : wow seems like bude will go for overseas,Going where yuk e?
Yuk.u : to greenland dream.
Yuni ira : sawah!
Yuk e : Jatiluwih.
Yuni : Chatting with u makes me mimisan. coz ngelu ndasku.

Luki : hai wakariashita, minna sanwa kakakuku
Yuk e : mother Masithah is death.
luki : who is mother Masithah Yuk?
Yuk e : she is a women hero in firaun century, u know? isn't ur neighbour.
yuni : better i nyem to the plung ke sumur...
yuk e : no..no. Wait for a minute, i will give u a few some money for buy anything there,
yuni ira : gendeng semua makan semir.

Ha ha ha ha ha ha hahahahaha ha ha ha ha ha h h h saya gak tahan lagi.