Sabtu, 31 Desember 2011

Satu Januari 2012


Malam pergantian tahun kami tunggu di rumah saja. Seperti tahun lalu dan beberapa tahun lainnya saya ditemani satu anak, adik dan keluarganya.
Ketika pukul 00.00 kami berbaris di kamar atas memandangi kembang api warna warni yang tak henti-hentinya menghiasi cakrawala hitam. Kami semua berlomba mengambil gambar. Ada satu bidikan kamera saya yang unik.Tiga garis lekuk-lekuk warna kuning, putih dan kebiruan berkepala seperti kecebong di antara warna-warna cahaya bundar. Saya suka ini.

Dentum petasan sudah reda, malam kembali sunyi. Saya tidak bisa melupakan.

Selamat Tahun Baru


Satu jam empat puluh menit yang lalu tahun sudah berganti. Banyak orang menggantung harapan pada tahun yang baru,2012, agar tahun ini segalanya akan lebih baik dari tahun yang baru saja berlalu.
Demikian juga harapan saya,(ikutan saja).
Seharusnya keberhasilan akan harapan itu perlu dievaluasi sebelum tahun berakhir sehingga kita bisa melakukan remidial. Dan pada akhir tahun kita bisa melihat angka keberhasilannya.
Halah ini cuma teori saja kok. Saya sendiri juga tidak pernah melakukannya.Karena sejak dulu saya sudah bilang bahwa saya penganut faham Que Sera Sera.
Biarpun tahun terus berganti tidak ada yang terasa berubah kecuali saya bertambah usia.
Hmmm Selamat memasuki tahun yang baru semuanya, semoga harapan Anda semuanya terwujud dan Anda bisa menikmatinya dengan rasa syukur.

Selasa, 27 Desember 2011

Waktu Tetap menjadi penguasa kehidupan

Yang bisa mengalahkan manusia hanya waktu. belum ada satu pun kekuatan yang bisa menyamai kekuatan waktu dalam mengurus manusia. Apabila waktunya tiba segalanya bisa terjadi, apakah itu sesuatu yang kehadirannya dikehendaki manusia atau tidak.Sebaliknya waktu juga yang bisa melepaskan manusia dari apa yang sudah terjadi. Namun hal itu tidak berarti bahwa sesuatu akan indah pada waktunya (?)

Bagaimana mungkin pada waktu bumi berhenti berputar, dan gunung-gunung beterbangan, akan sama indahnya dengan saat kuncup bunga mekar ditangkainya?

waktu juga sudah menguasai lebih dari separo hidup saya. Selama ini saya tidak berusaha membangun sinergi dengan waktu. Dan sekarang waktu sudah meninggalkan saya dengan kecepatan luar biasa.
Satu demi satu kesalahan mengelola waktu terdahulu muncul meminta tanggungjawab. Dan inilah kekalahan itu.saya sudah dikuasai oleh waktu.

Minggu, 25 Desember 2011

Saya beri Judul Apa?

Judul apa yang tepat untuk cerita hari ini? Sore tadi kami terjebak hujan di kolam renang. Tanpa ganti baju langsung berpakaian dan tentu saja basah, kami pulang. Mandi.
.....
Dan seorang teman menelpon mengabarkan pekerjaannya pada hari Minggu ini. Mengabarkan hujan yang mengguyur perjalanannya.

Saya menyesal tidak bisa mendengar suaranya lebih lama karena datang tamu. Saya ingin juga bercerita bahwa saya sudah tidur nyenyak semalam. Bahkan sudah tambah tidur siang .Saya juga ingin ceritakan apa yang menyenangkan saat hujan turun begini, tentu berbagi cerita sambil minum teh panas,berselimut hangat dan memeluk bantal sampai tertidur lagi.

O..O.. sekarang judul cerita ini adalah Biarkan Saya tidur Nyenyak lagi.

Sabtu, 24 Desember 2011

Kukira


Kukira kamu tak kan datang lagi
Kukira tak akan ada kamu hari ini
Kukira kamu pergi diam-diam


Setelah rehat makan siang, saya kembali ke kelas workshop. saya mendapati panggilan berkali-kali tak terjawab di hp saya. Tentu saja saya sangat senang dan semangat saya mengalir cepat walau panggilan balik saya tidak diterima.
begitu terasa perubahan suasana hati saya sehingga pekerjaan yang saya hadapi menjadi menyenangkan juga.

Sembilan puluh menit berlalu teman menelpon lagi. Mendengar suara saja bisa menghanyutkan banyak kegelisahan selama dua minggu terakhir. Saya ingin malam ini menjadi malam yang menyenyakkan tidur saya.

Jumat, 23 Desember 2011

Galau tak Meredam ,hmmm ?

Galau ini tak seperti galaunya Wildan yang meredam. Galau saya tak kunjung reda.Terlebih semalam saya kecewa dan terus bermimpi buruk sampai pagi.
Hati saya memang sedang tidak sehat dan ini berpengaruh pada semua kegiatan fisik saya.

Tidak ada orang sekonyol saya barangkali. Sekarang semuanya sudah berubah menjadi bumerang. Menyentakkan rasa rendah diri saya meningkat ke kelas Introvetmania (ada saja).
saya benci kepada diri saya sendiri yang tidak pernah bisa menyadari siapa diri saya. Saya memang bukan apa-apa. Tidak berarti apa-apa karena itulah seharusnya saya bisa menerima apapun yang orang lakukan untuk saya. Yang teman lakukan pada saya.

Tak ada galau seperti galau saya.

E-Learning

Hari ini hari kedua workshop penyusunan E-Learning untuk bahan ajar semester genap tahun pelajaran ini. Proses pembelajaran berjalan lebih efektif dibandingkan workshop awal bulan lalu. Instruktur usia muda lebih mudah menyajikan ilmunya. Selain tidak banyak bercerita juga cara mereka mentransfer ilmu lebih rileks dan tidak menggebu-gebu alias menggurui. Salah seorang mereka adalah mantan siswa kita juga
Program kerja kali ini adalah menyelesaikan evaluasi menggunakan Grade status setelah membuat summary dan adding new resource dari fail dan dari webset.
Waduh rasanya menyenangkan menjadi guru dengan sistem yang pasti begini. Bahkan tanpa tatap muka rasanya belajar akan terus berjalan.
Tapi jangan lupa bahwa siswa terkadang belajar lebih cepat dari gurunya.
Kemarin kita belajar LMS (Learning Management System) dan besok hari terakhir kita menyusun soal serta mengumpulkan produk.
Libur akhir semester ini padat dengan acara.
Namun dalam kesendirian saya seperti limbung tanpa semangat. Saya merasa tidak sehat memikirkan sesuatu yang menakutkan. Bisakah saya sendiri tanpa teman?

Kamis, 22 Desember 2011


Sekarang saya menggantikanmu Ibu, Saat saya menikah ibu belum setua saya hari ini. Waktu itu Ibu masih cantik dan kuat.Lebih kuat dari anak-anaknya.Lebih keibuan dari kami, sembilan anak yang kau lahirkan. Kami bangga pada Ibu, yang tidak pernah bersekolah tetapi bisa mengajari kami huruf. Yang tidak tahu menulis tetapi bisa menjadikan kami semua seperti sekarang ini.
Banyak cerita anak-anakmu yang pasti membuatmu sedih, tetapi kami mengerti Ibu selalu bangga pada kami, Ibu selalu tersenyum tanpa berkejap melihat kami saat berkumpul.
Banyak harta yang Ayah tinggalkan untuk kami namun peninggalanmu lebih berharga.
Ibu masih mengalirkan cinta sampai detik ini. walau kami semua meninggalkanmu dalam kesunyian rumah tua kita.
Semoga Ibu selalu sehat dan selalu bahagia memiliki kami.

Bagai Kandil di Malam Gelap


Sederhana saja, beberapa ucapan Selamat Hari Ibu pada hari ini dari teman-teman, anak-anak, dan kerabat silih berganti membesarkan hati saya.
Berbagai untaian kata dari yang sederhana, lucu sampai yang kelewat idealis semua bersatu menjadi penerang hati saya yang lupa.
Sekurang-kurangnya kita akan mengambil hikmah peringatan Hari Ibu seperti mengambil cahaya Kandil di Malam Gelap. Membuka mata hati kita agar ingat membalas budi ibu yang mengiringi hidup kita.
Terima kasih Bunda yang Renta, beberapa waktu yang lalu saya sengaja membuat kesalahan. Dan sampai detik ini saya masih menyimpannya,saya menyesal. saya akan meminta maafmu sekali lagi sebelum terlambat. Nantikan saya kembali.Nantikan saya kembali pulang ke pangkuanmu.Menghangatkan rumah kita yang sepi.

Rabu, 21 Desember 2011

Malam Ini

Malam ini saya sudah mengisi ruang kosong kamar saya.Sejak pagi saya mengamati semua yang ada di kamar ini.Juga taman kecil yang menaungi jendelanya. Semuanya tampak segar dalam cahaya keemasan. Saya mendengarkan kicauan burung yang mulai bersahutan. Tidak tahukah mereka perasaan saya. Saya sedih.
Saya menantikan kabar yang tak kunjung datang, keputusasaan sudah mendekat dan tak ada keberanian lagi untuk melawannya. Saya memang berlebihan menafsirkan segalanya. Pikiran-pikiran saya sudah ketinggalan zaman, sehingga saya sering mengartikan kata-kata yang saya dengar sebagai sebuah kejujuran.
Ternyata sekarang baru saya sadari apa itu kata. Kata-kata tidak lebih dari permainan yang menggairahkan namun juga melumpuhkan.Melumpuhkan semangat.

Minggu, 18 Desember 2011

Selamat jalan Melati di Tabal Batas


Banyak hal yang tak terduga saya temukan bulan ini. Saya sudah menemukan teman semasa sekolah di situsnya. Saya memang sudah tidak mengenali fotonya tetapi saya masih mengingat semua identitasnya. Namun....dia sudah Almarhum satu tahun lalu,2010.
Saya sedih juga karena dia menjadi teman yang selama ini saya cari.Dia adalah patner saya dalam banyak kegiatan di sekolah dulu. Kami punya hobi yang hampir semuanya sama.Bedanya dia seorang atlet. Saya tidak.
Pernah ketika kami berdua menjadi duta porseni Jatim, di kelas dia minta saya menyanyikan lagu Gugur Bunga dan setelah itu dia menyanyikan lagu Melati Di Tapal Batas sebelum lomba. Saya mendapat juara 2 dia tidak.
Pada saat ujian akhir, selesai ujian Olah Raga ia menemui saya dan memberi secarik kertas lalu tergesa-gesa pergi.
Di sana tertulis sepotong puisi.Saya tidak mengerti apa maksudnya, sayang lembaran itu hilang entah kemana sebelum saya hafal isinya.
Saya menyesal, sungguh waktu itu saya menyesal selama beberapa tahun lamanya karena dia pergi sebelum mendapat respon saya.Dan kami ketemu lewat surat saja tiga tahun kemudian yang mengabarkan bahwa ia melanjutkan kuliah di Jakarta. Sejak itu kami tidak pernah komunikasi apalagi bertemu.
Muzamil Abdurrahman,alm.Guru SMAN 35 Jakarta.Pernah mengajar di SMAN Libels Jakarta.
Pria ganteng atletis dan pintar itu sudah berpulang, meninggalkan seorang istri.Selamat Jalan Kawan, Tuhan akan menjagamu.

Jangan Biarkan Semangat saya Padam


Malam ini gerimis menutup Malioboro, saya habiskan waktu nikmati suasana hiruk pikuk di depan benteng. Namun hati saya dingin tak ada semangat. Saya terus membayangkan Bali.
Saat matahari mulai tersenyum mengantarkan saya bekerja. Ketika jalanan sepi dalam balutan embun.Semua kini jauh dalam ingatan. Semua yang tertinggal sudah melupakan saya begitu saja.Membiarkan saya limbung tanpa daya. Kemanakah perginya?

Jangan biarkaan semangat saya padam, saya akan setia menjaga pagi apabila matahari masih tetap memancarkan energinya.

Sabtu, 17 Desember 2011

Hujan Menutupi Malam di Yogyakarta

Berjam-jam sejak sore tadi hujan tidak reda. Iramanya teratur seolah tak akan berhenti. Malam Minggu menjadi malam di rumah, padahal rencananya kami mau habiskan malam di depan Benteng dekat Malioboro.
Tetapi tak apalah. Joging satu setengah jam pada pagi hari sudah cukup melelahkan.
Dan apabila besok hujan tidak turun akan kami sambung lagi jalan-jalan ke Jalan Kaliurang.

Siang tadi bertiga kami mengunjungi keluarga di Bantul. Menikmati beranda rumah joglo yang dilengkapi dengan barang-barang antik. Ada tiga buah guci kuno yang menarik perhatian saya karena guci itu seperti barang hasil galian. Garis-garis retakan dan patahan tua jelas tergambar. Kami betah di sana memetik rambutan dan ngobrol hingga sore.

Jumat, 16 Desember 2011

Kerinduan


Ada baiknya dalam kejenuhan kita tingalkan sejenak rumah kita. Agar kita bisa tumbuhkan lagi rasa rindu.Di yogya hujan terus mengguyur membuat kerinduan akan kamar sunyi saya di Bali meyayat-nyayat.
Saya ingin pulang, di sana ada cinta yang meluap-luap dari tetes embun, dari nyanyian burung dan dari desah angin dini hari. Saya sangat merindukannya, kampung halaman kedua yang menyimpan banyak kenangan.

Di sana ada serumpun mawar merah yang tak pernah berhenti berbunga. Saya ingin memetik dan meletakkan di dekat bantalnya sampai fajar tiba.

Malam ini memagut saya dalam sepi.Hujan turun lagi dan tak seorangpun berbagi.

Percakapan terakhir saya hanya dengan Miki Ohashi dan seorang kawan,lewat fb dan seorang pegawai tata usaha yang menelepon dari Bali tadi pagi.
Jadi, saya rindu.

Kamis, 15 Desember 2011

Terbelenggu Oleh karya Sendiri


Sebenarnya kesalahan manusia lebih banyak disebabkan oleh ketakutannya.Manusia seringkali tidak jujur karena ketakutannya. Manusia memilih hidup berkelompok sebenarnya bukan hanya karena manusia adalah makhluk sosial seperti apa yang dikatakan Plato saja.Melainkan juga karna ketakutannya.

Dan saya sudah melakukan kesalahan karena tidak mampu menghadapi ketakutan saya. Sekarang saya terbelenggu oleh karya saya sendiri.Saya takut kehilanagn tempat bersembunyi.saya takut kehilangan.

Selasa, 13 Desember 2011

Jangan Tinggalkan Saya


Malam telah meninggalkan kegelapannya ketika fajar datang.Hujan diam-diam membasahi bumi.
Jangan tinggalkan saya...
Saya tidak sanggup berjalan tanpa kehangatanmu, tanpa panasmu dan tanpa pijarmu Matahariku, bangunlah!
Namun hanya sepi dan waktu berjalan begitu saja merenda pengalaman manusia untuk menjadi kenangan.
Jangan tinggalkan saya...
Namun hanya sunyi dan matahari sudah jauh di puncak kumpulan panas heliumnya.Meninggalkan dingin belahan bumi di sini.

Senin, 12 Desember 2011


Hem, ternyata bingkainya yang membuat gambar kacau ini sedikit enak dilihat.Ini juga reproduksi dari kartu pos.
Gambar berukuran 90X70 ini terpajang di ruang tamu.Menggunakan cat Greco, vangogh dan rembrant. Pigura kayu jati.


Akhirnya terbingkai juga hasil kerjaan saya selama berbulan-bulan.Sebenarnya melihat lagi gambar ini sama dengan mengungkit pengalaman pahit.Saat saya harus berjuang melawan musuh terbesar saya sebagai perempuan bersuami.

Betapa gambar ini mengalirkan pikiran buruk saya menjadi obat pelupa yang efektif dan tidak menimbulkan ketergantungan akan campur tangan orang lain.

workshop berakhir



Akhirnya selesai juga Workshop Penyusunan Diktat dan Bahan Ajar Semester Dua. Selesai kumpul CD kami santai di ruang workshop sambil menunggu Kepsek menutup acara.
Tentu saja macam-macam yang kami kerjakan. Ada yang belajar, ada yang fb-an, ada yang main-main juga. Saya berdua dengan teman mempelajari PDF karena ada file yang tidak terbaca.
Ada teman saya yang tadi mengganggu kawan-kawannya, kehabisan kerjaan dan meletakkan kepala di meja layaknya orang tertidur. Saya potret pas kepalanya yang sedikit botak..Hai! Hai! teriak seorang teman di belakang sambil memandang saya.
Teman itu terbangun dan kami semua tertawa.
Menyenangkan sekali. Saya cabut duluan sementara kawan-kawan makan siang.

Sore di rumah,sepi. Hujan turun deras, bersyukur saya tertidur sehingga kesepian tidak menjadi-jadi.
Namun malam ini nampaknya bakal tidak ada tidur, biar saja. Sekalipun besok ada rapat kenaikan kelas.
Saya ingin menelepon teman tapi saya urungkan.

Minggu, 11 Desember 2011

Insomnia


Harapan saya untuk bisa tidur semalam tidak terwujud. Saya sudah terkena insomnia. Bayangkan dari pagi sampai pagi esoknya mata saya tidak mau tidur.Seharian ini saya hanya bisa terlelap beberapa menit saja.
Jam empat pagi saya buka fb, di sana adik saya menyuruh saya membuat nasi goreng saja, makan, biar bisa tidur. Tetapi saya tidak ingin makan walaupun perut terasa lapar.
Saya mengkhayalkan suatu tempat yang indah dan tenang lalu melanglang buana ke sana dengan coretan di komputer.

Sabtu, 10 Desember 2011

Saya ingin tidur hari ini.


Jam dua workshop penyusunan diktat SMA hari kedua selesai.Dua judul materi ajar terselesaikan walau belum edit. Menyenangkan acara begini. Disamping bekerja bersama juga bersendagurau saat rehat.Lalu melihat-lihat foto di komputer.
Senin lusa kami bekerja lagi untuk terakhir kali setelah itu tinggal tindak lanjut apakah naskah diktat diproduksi apa tidak.
Hari ini acara cukup padat. Menghadiri undangan melaspas sanggah (pura kecil di pekarangan rumah)dan menengok dua orang sahabat yang baru datang dari ibadah haji.
Mata saya ngantuk tetapi masih susah untuk dipejamkan.
Sedikitpun saya tidak bisa melupakan sesuatu, saya selalu menunggu dan hanya menunggu.
Saya ingin tidur dan berhenti menunggu.Saya buat coretan lagi menunggu kantuk datang.

Rabu, 07 Desember 2011

Mengusir sepi




Lukisan pertama merupakan reproduksi dari sebuah post card yang saya beli di Bandara Ngurah Rai. Ide itu muncul dari rasa penasaran saya untuk menggambar anatomi manusia. bentuk dan citraan wajah yang bagi saya sangat sulit diekspresikan.Dan pada akhirnya sampai berbulan-bulan lukisan itu tidak pernah selesai.Saya menyerah.

Lukisan kedua juga reproduksi dari gambar kalender kenangan dari JICA. Foto Tradisi Siram Air di Vietnam. Sekelompok anak laki-laki menaiki gerobak kuda yang berjalan melewati kampung lalu disiram ramai-ramai oleh masyarakat. Saya terkesan lalu melukisnya untuk mengisi waktu pada hari libur dan selepas kerja.
Tahukah anda bahwa ada tiga cat untuk lukisan ini sudah berumur dua puluh tujuh tahun pada saat saya gunakan.Dua cat merk Van Gogh warna coklat Alizarin Crimson Talens dan orange Rou gf Cadmium Talens. Satu lagi warna oranye kemerahan yang identitas labelnya sudah hilang, merk Rembrandt. Tiga cat ini yang masih tersisa, saya beli di toko Gading Murni Tunjungan Surabaya.
Ada nilai historis pada cat ini.
Waktu itu saya pengantin baru yang mengikuti suami ke Bali, saya punya obsesi yang besar bahwa saya akan belajar melukis di Bali.Saya belanja segulung kain kanvas, kuas dan beberapa tube cat minyak sebelum pergi.
Namun sesampainya di Bali profesi baru saya sebagai perempuan bersuami ternyata menyita hampir seluruh waktu saya. Saya sudah tidak punya waktu lagi sepulang kerja.
Beberapa lukisan memang saya buat tetapi tidak ada yang terselesaikan.Selanjutnya mengurus anak melulu. Hingga akhirnya angan-angan itu tidak kesampaian.
Begitulah.

Malam tanpa Tidur


Malam berjalan lamban dan hampa. Tak ada keinginan apapun untuk saya lakukan selain berbaring walau tak bisa memicingkan mata.
Tugas produk workshop tadi siang sama sekali tidak berlanjut di rumah.
Dan alangkah senang ketika ponsel berdering. Hmmmm....
Kabar-kabaran menjadi awal penyemangat menyongsong pagi. Melepas kangen yang bagi saya cukup lama terabaikan.Saya meminta teman memanggil dengan sebutan yang membangkitkan semangat dan gairah hidup saya.Dan saya mendengarnya, saya mendengarnya. Ooo...............................................................,
tak sampai hati saya mengabarkan bahwa beberapa saat tadi saya berpikir kalau untuk apa sebenarnya saya hidup.

Selamat Jalan Kawan


Kawan, malam-malam saya menjadi hampa ketika hati didera kesedihan. Makanpun terasa tidak enak sekalipun saya perlu asupan gizi yang lebih baik karena pekerjaan mengakhiri semester ganjil ini yang padat.
Ada tiga hal yang menjadi pelajaran bagi saya. Kematian kawan itu baru kini saya sedihkan. Kami pernah berjanji suatu hari akan bertemu di Yogya saat dia mengunjungi anaknya. Belum sempat ia mengirim fotonya. Hanya selembar surat dan sepotong Ayat berisi Asma Allah saja, dikirimkan dua tahun lalu yang masih saya simpan.
Dia selalu menguatkan saya walaupun dia sendiri mengalami masalah yang tidak jauh berbeda.Selamat jalan kawan semoga Anda mendapat tempat yang layak di sisiNya.

Kawan dari Padang




Kemarin kami menemui kawan dari Padang Sumatera Barat yang sedang berlibur ke Bali di hotel Arya Kuta. Kami jalan-jalan di seputar Kuta karena kawan tidak bisa mampir Tabanan. Rombongan Dosen STIKES Padang itu terdiri dari empat puluh orang.
Kami seharusnya menjamunya sesuai rencana yaitu makan di Solaria. Namun Si Abang tidak mau makan di restoran tanpa label Halal. Dan memilih makan di Rumah Makan Ayam Taliwang tidak jauh dari Hotel. Saya sedikit kecewa karena makanan di sana tidak enak tidak seimbang dengan harganya yang sangatmahal.
Padahal ketika kami datang ke Padang kami makan di restoran terbaik "Lamun Ombak"
Apa boleh buat. saya memberi tanda mata sepotong kain Endek.

Selasa, 06 Desember 2011

NIRWANA


NIRWANA
“ Tike suka dengan pemandangan di sini?” Laki-laki asing itu tersenyum memandang Atikah.
“ Ya Mister, kehidupan saya ada di sini, Mister suka juga?” Perempuan paruh baya itu menatap lawan bicaranya sambil memegang tas berisi tongkat-tongkat berbentuk sendok sayur yang tergantung di belakang kendaraan. Mobil mungil yang setia membawa Atikah menyusuri jalan-jalan di padang Golf Bali Nirwana Resor setiap hari.
.“ Ya..ya..ya saya suka, saya suka dengan tempat ini.” Laki-laki itu terbata-bata menjawab
Angin pantai mendesir menerbangkan kelambu di ranjang-ranjang kanopi yang berada di puncak. Lalu laki-laki itu memegang bahu Atikah sambil tersenyum. “Naiklah dan kita kembali ke hotel."
Dengan sigap Atikah mengangkat badannya menaiki belakang mobil, berdiri bersama seorang temannya. Tanpa berisik mobil bertenaga baterai itu meluncur tenang menanjaki bukit padang golf menuju ke arah puncak. Di sana sebuah bangunan induk beratap joglo berdiri dikelilingi bangunan-bangunan yang lebih kecil seperti sedang menunggu mereka. Kendaraan itu berhenti sebelum puncak . Setelah Laki-laki asing itu turun Atikah kembali bertugas. Laki-laki itu melambaikan tangan pada Atikah setelah berkata , “ Setelah mandi temani saya, saya tunggu di sana!” Ia menunjuk sebuah kanopi yang menghadap ke laut lepas.
Atikah mengangguk ragu, tetapi ia cepat berpikir .. tentu akan ada pekerjaan yang bisa menghasilkan uang…” Ya Mister”. Akhirnya ia menjawab.
Sudah setengah jam Atikah menunggu sambil bersandar di sudut kanopi. Ia tahu ia tak boleh duduk di sana apalagi menikmati lembutnya bantal dan tilam yang ada di sana. Sementara matahari sudah jauh menggelincir mendekat permukaan laut.

Atikah menoleh ketika terdengar suara langkah mendekat. Dan benarlah Mr Wood yang datang. Ia mengenakan kemeja batik lengan pendek kecoklatan dan celana biasa berwarna krem. Tampak berpakaian seperti itu sangat sopan untuk tamu asing. Atikah mendekat. “ Duduklah di sini di dekatku !’ Mr Wood meletakkan tangannya di alas kanopi memberi isyarat pada Atikah. Lalu Mr Wood sendiri bersila menghadap Atikah sambil sesekali melihat ke pantai. Mula-mula mereka canggung, namun setelah Atikah menyadari bahwa dia diperlukan menemani pria tua itu ia berusaha bersikap ramah.
Pria ini untuk ketiga kalinya datang ke tempat ini dalam satu tahun. Untuk yang kesekian Atikah yang mendampinginya bermain golf. Memungutkan bola yang keluar area , membawakan tongkat golf dan mengambilkan minum dan keperluan lainnya.
“ Kamu tahu mengapa saya datang lagi kemari Tike..Eh siapa nama kamu?
“Atikah Mister. Orang biasa memanggil saya Tikah.” Jawab Atikah
“ Kamu tahu kenapa? Saya datang kembali ke sini?” Mr Wood mengulangi pertanyaannya.
Atika tahu, sebenarnya ia tahu apa jawaban pertanyaan itu. Namun ia tidak akan gegabah mengatakan bahwa karena dia lah lelaki itu datang lagi. Lelaki itu pernah mengatakan padanya bahwa suatu hari ia akan datang dan menemuinya.
“ Mister berlibur dan berolah raga disini dan menikmati lagi keindahan sunset di sini. Begitukan ?”
Suara Atikah terdengar semangat. Dan tawa ringan menyertainya.
“ Saya senang melihat kamu tertawa seperti itu. Kamu sehat dan membuat saya ingin terus kamu temani. Kamu tentu tidak keberatan , Saya tahu kamu juga ingin teman.” Mr Wood menyelonjorkan kaki “ Itulah yang membuat saya memilih berlibur di sini lagi.” dan ia menyandarkan badannya ke tumpukan bantal dengan kedua tangan bersilang di belakang kepala.
Atikah membantunya menata bantal lalu bergeser ke samping, mengadap ke pantai. Ombak terus berkejaran menghempaskan diri ke dinding karang yang terjal.
“ Lihat Tike, matahari itu sinarnya mulai redup dan panasnya juga berkurang. Itu artinya ia sudah terlalu capai bersinar”
“ Seperti manusia juga ya Mister, seperti kita yang sudah capai karena tua, begitu kan Mister? Suara itu manja didengar Mr Wood. Dan laki-laki itu tersenyum senang, bukan untuk kalimat yang Atikah ucapkan melainkan untuk suara manja perempuan itu, suara hatinya yang senang seperti halnya hati Mr Wood sendiri.
“ Kamu pandai Tike.Dan setiap ke sini saya selalu memperhatikan bagaimana matahari itu perlahan-lahan berubah cahayanya sampai akhirnya ia masuk ke dalam air.Tenggelam kemudian cahayanya padam.” Lelaki tua itu berkata-kata.
“ Artinya apa Mister? Apakah kematian maksudnya? Kali ini Atikah bersungguh-sungguh.
“ Bisa juga begitu. Tetapi coba kamu lihat di bawah sana ombak tidak pernah berhenti berlari seperti anak muda dan anak-anak yang selalu bersemangat tidak mengenal lelah. “
“ Atau kamu lihat itu di sana, dua perahu nelayan, mereka pemberani yah kapan mereka kembali? Mr Wood menunjuk pada dua benda kehitaman jauh di tengah laut yang mulai samar-samar.
“ Mereka akan kembali besok pagi Mister, kecuali….” Suara Atikah sedikit serak dan melambat.
“ Mereka mengalami kecelakaan maksud Tike?” Tanya Mr Wood
“ Ya.” “ Seperti suami saya.” Atikah menelan kesedihannya. Mendengar itu Mr Wood kaget dan ia duduk tegak menatap perempuan baya itu. Dalam keremangan senja tampak anak-anak rambut perempuan itu mulai memutih.
“ Tike! Atika! Maafkan saya telah membuat kamu sedih! Suara Mr Wood dengan tekanan berbisik, melihat raut wajah perempuan itu layu.
Atika hanya mengangguk.
Tanpa disadari Mr Wood mengelus pipi Atika dengan tangannya yang mulai keriput. Atika mengalihkan tangan itu namun ia merasakan getaran hangat tangan laki-laki itu merayapi hatinya. Ia membutuhkan tangan itu dan enggan menjauh darinya. Perlahan ia menyentuhkan jari-jarinya ke tangan hangat itu namun tangan Mr Wood lebih cepat menangkap tangannya dan menciumnya. Perempuan itu gemetar membiarkan tangannya menempel di bibir Mr Wood.
“ Atika.Atika kamu sangat menderita. Tapi kamu tidak perlu takut, Saya akan menemani kamu kalau kamu mau. Pikirkan itu.”

Matahari sudah sangat dekat dengan permukaan laut, membiaskan cahaya jingga. Beberapa penghuni hotel sudah berkumpul di ujung lapangan di bibir pantai. Dari kanopi Atikah, tampak kumpulan orang yang akan menyaksikan sunset, terlihat seperti siluet-siluet tegak lurus yang menghadap bola bundar kemerahan di ujung langit.
Para koki sudah sibuk menyiapkan dinner di area terbuka di bawah pohon-pohon kelapa, yang dihiasi lampion lampion warna kuning.
Sekelompok petugas yang akan menyalakan obor dan lilin yang dipasang di sepanjang jalan menuju pintu gerbang hotel, sudah siap. Mereka memukul gamelan lirih diselingi suara seruling, mengiringi tiga penari dan dua petugas pemantik api yang berjalan perlahan. Mereka melangkah seirama dengan pukulan gamelan.
Mr Wood melepaskan dekapannya dan membiarkan Atika berlalu ketika matahari telah tenggelam ke dasar Samudera.
“ Tike, lihat matahari sudah tenggelam dan dia akan tidur di alam keabadiannya. Besok kembali temui saya ya jam enam saya mau melihat matahari terbit!”
“ Ya Mister” Jawabnya pendek malu-malu sambil menghentikan langkah sebentar.
“Wood, ucapkan Wood saja” Kata Mr Wood. Perempuan itu tertawa tipis.

Keesokan harinya. Pagi-pagi Atika sudah berseragam. Training kuning bergaris hijau tosca dan kaos putih lengan panjang, topi warna krem, bersepatu boot putih.
“ Wood..Wood saya akan membangunkanmu matahariku.” Ia berbisik sendiri bergegas berangkat.
Ia sudah memutuskan dan pasti Wood akan senang mendengar keputusannya.
Di puncak bukit tampak orang berkumpul seperti ada upacara, sebuah mobil warna putih terparkir di ujung jalan setapak menuju hotel.
Atika bertanya pada petugas keamanan apa yang terjadi. Petugas itu menjawab bahwa ada tamu yang meninggal.
“ Oooo..”….Bisiknya.
Atika mempercepat langkah karena melihat di ujung pantai sebelah timur matahari sudah hampir pecah. Di depan lobi dia berpapasan dengan beberapa orang yang mengusung tandu. Di sana terbaring sosok yang tertutup kain putih.
" Ya Tuhan! Itu Mr. wood! Itu Mr. Wood!" Katanya membaca tulisan yang ditempel di tandu.
Atika berlutut memohon untuk diijinkan melihat wajah Wood. Ia tahu orang tidak akan menggubrisnya sehingga ia berkata keras-keras “ Dia Mister Wood. Pagi ini ia akan melamar saya. Saya akan membangunkan dia. Dia matahari saya.Please! Semua tertegun.

Tandu itu diberhentikan sebentar di pintu ambulan lalu Atika dipersilakan melihat wajah serta memberikan penghormatan terakhirnya kepada Mr. Wood.
“ Wood kamu cinta saya, lamaranmu saya terima. Dan sekarang kamu bisa melihat matahari terbit dengan mata saya. Kembalilah ke tempat keabadianmu.” Perempuan itu meratap di sisi tandu.
Perlahan pintu ambulan ditutup. Tubuh Atikah terkulai roboh di rerumbutan basah ketika ambulan meninggalkan tempat itu. Berjalan cepat melintasi padang hijau yang diselimuti embun. lalu hilang di balik bukit menyisakan suara sirine yang menggema di padang sunyi. Meninggalkan Nirwana yang penuh duka, duka Atikah.
Dari arah pantai terdengar amar-samar gemuruh ombak tak ada hentinya sepanjang waktu, sepanjang keabadiannya.




a

Senin, 05 Desember 2011

Larut malam kali ini Menuju Pagi yang Baru


Berganti-ganti antara memeriksa kerjaan murid, merenung dan menikmati lagu-lagu di radio sedikit mengurangi kesedihan dan kegelisahan. bertambahnya usia sepertinya hanya berpengaruh pada perubahan fisik dan fungsi organ tubuh saja. Sementara pikiran dan perasaan serasa tidak ada yang berubah. Masih bisa sedih, gelisah dan mungkih juga bahagia.
Juga selera rasa dan keinginan hanya sedikit saja perubahannya.Atau mungkin belum sampai waktunya ya.
Tetapi sesuatu yang baru adalah adanya kesadaran terhadap apa yang sudah terjalani sepanjang usia kita.
Jika sudah begitu ada rasa penyesalan terhadap apa yang telah terabaikan oleh waktu. Andai mesin waktu itu benar-benar ada untuk memutar waktu ke belakang!???

Larut malam ini tidak akan kembali siang melainkan menuju pagi yang baru, semoga pagi ini membawa inspirasi baru yang akan menyegarkan kembali pikiran kita.

Belum Pernah Seperti ini


Belum pernah saya merasa sedih seperti saat ini. Kesedihan yang bergulir begitu saja seperti air mata saya yang meleleh tanpa terasa. Trauma?
Ya saya seperti berada dalam masa sulit itu lagi. Saya gelisah dan pekerjaan saya terbengkalai.Berlembar-lembar daftar nilai yang harus saya rekap terbengkalai di meja.
Kepala rasanya penuh oleh banyak pertanyaan.
Mestinya hari ini saya sudah fokus pada kerjaan setelah beberapa hari mengurus tamu.
kabar yang baru saya baca membuat saya sangat sedih. Sementara dua hari lalu seorang kawan spiritual, saya sms untuk mengetahui kabarnya tetapi tidak segera dibalas.Hingga kemudian ada balasan yang menyatakan permintaan maaf atas nama almarhum....saya tertegun. Kawan saya pergi menghadap Sang Khalik tiga puluh Oktober 2011 karena komplikasi. Kami sms-an terakhir pada satu Muharam ketika beliau mengingatkan saya untuk puasa. Saya masih ingat betul dalam obrolan terakhir beliau mengatakan bahwa ajalnya sudah dekat tetapi dia masih sering membuat dosa. Saya menganggap itu berlebihan, saya tahu beliau sangat sehat di usia tuanya.
Ternyata sekarang saya kehilangan sungguh, kehilangan kawan bertukar pikiran.

Dan hari ini saya tahu saya akan sangat kehilangan lagi dalam waktu yang tidak terlalu lama. saya akan kehilangan teman kecil saya. Begini berat rasa ini, namun saya hanya bisa menerima dan berharap Tuhan akan menghibur segala kesedihan saya.
Tuhan akan membuang jauh-jauh semua yang menyedihkan saya.

Jumat, 02 Desember 2011

Sunset di Bali Nirwana Resort




Matahari masih menyisakan kehangatan di padang golf Bali Nirwana Resort sore ini. Sejauh mata memandang yang tampak adalah keindahan alam semata. Kolaborasi hijau rumput dan pepohonan dengan tebing karang dan ombak di laut lepas.
Kami bertemu orang-orang yang ramah dan selalu ada senyum di bibir mereka, Suasana tenang penuh kedamaian, hanya sesekali mobil bertenaga baterai melintas membawa pegolf dan dua cady yang berdiri di bagian belakang mobil mungil itu.
Beberapa saat kemudian beberapa tamu mulai berkumpul di tempat terbagus untuk menyaksikan sunset.
Tepat jam enam serombongan petugas hotel keluar. Mereka tiga gadis remaja berpakaian penari dengan membawa sesaji, empat penabuh gamelan, dua pembawa payung, dan dua orang dengan baju putih tulang membawa pemantik api. Setelah gong mulai dipukul dan membunyikan gamelan serta seruling yang lembut di padang sunyi itu, tugas segera dimulai.
Mereka berjalan perlahan-lahan seirama pukulan gong dengan senyum dan sapa memandang setiap orang yang ditemui. Saya mengambil foto dan mereka terus tersenyum sambil mengucapkan terima kasih. Seorang dengan pemantik api yang berbentuk tongkat mulai menyalakan obor yang dipasang berbaris di kiri kanan jalan yang meliuk-liuk melintasi padang golf. Dan seorang lagi menyalakan lilin di dalam pot kuning yang diletakkan di sepanjang jalan yang sama. Lampu-lampu pun mulai dinyalakan sehingga menambah eksotisnya pemandangan menakjubkan ini.
Di tempat ketinggian di bawah naungan pohon-pohan kelapa, tampak para pegawai sibuk menata meja untuk dinner. Lampion berbentuk bola besar dan kecil bergelantungan temaram dalam rembang petang.Tidak jauh dari tempat itu ranjang-ranjang dilengkapi dengan bantal dan kelambu putih yang melambai-lambai ditiup angin.

Wow jauh di kaki langit selatan, bola bundar matahari sudah membara!! indah!! Namun sayang beberapa detik saja ia sudah tenggelam meninggalkan warna lembayung yang menyebar di sana. Kesunyian pun mulai merayapi tempat ini. Satu persatu tamu kembali ke kamar. Di rerimbunan rumpun pandan suara serangga dan burung yang kembali ke sarang mulai terdengar pilu.